Lebih Praktis Dibawa, 10 Rekomendasi Jas Hujan Plastik ini Cocok untuk Kamu (2023)

Musim hujan sudah mulai kembali menyapa kita. Di satu sisi kita senang dengan adanya musim hujan karena udara terasa sejuk dan segar. Suasana juga terasa lebih romantis saat hujan sedang turun. Namun, hujan hanya terasa indah saat kita sedang berada di dalam rumah atau di dalam ruangan yang hangat dan nyaman.

Beda halnya jika kita sedang dalam perjalanan dan sedang kehujanan. Apalagi jika kita sedang berkendara motor atau sedang bertugas di luar ruangan. Hujan deras seakan bikin kita ingin buru-buru sampai tempat tujuan untuk segera berlindung dari hujan.

Untuk mempersiapkan diri menghadapi hujan, kita wajib membawa payung. Namun, alat yang satu ini agak sedikit menyusahkan untuk dibawa. Selain itu, jika kita mengendarai motor, payung juga tidak akan membantu banyak. Maka dari itu, kita bisa memakai jas hujan sebagai senjata untuk mempersiapkan diri menghadapi hujan.

Jas hujan menjadi andalan banyak orang karena bentuknya ringkas. Jas hujan layaknya baju yang mudah dilipat sekecil mungkin lalu bisa dimasukkan dalam tas bawaan kita. Item yang satu ini juga sangat efektif untuk melindungi kita saat hujan turun.

Meski kita sedang berkendara sekali pun, kita bisa tetap hangat dan nyaman dari guyuran hujan berkat jas hujan. Produk yang satu ini juga bisa menjaga suhu tubuh bisa stabil sehingga kita tidak mudah terkena flu saat beraktivitas di bawah hujan.

Saat musim hujan seperti sekarang, jas hujan jadi salah satu item yang banyak diburu. Pakaian pelindung hujan ini banyak digunakan para pengendara motor agar tetap kering saat berkendara. Jas hujan juga banyak digunakan mereka yang sedang beraktivitas di luar ruangan. Namun, tahukah kamu sejarah hadirnya jas hujan hingga seperti sekarang ini?

Awalnya, jas hujan dibuat di Cina. Masyarakat di sana mulai membuat jas hujan sekitar tahun 1000 Masehi. Kala itu, jas hujan terbuat dari jerami atau rumput. Mereka memakainya untuk bekerja di sawah. Sayangnya, bobot jas hujan ini masih berat karena bahannya kaku. Maka mereka mengubah bahan jas hujan menjadi kain sutera yang diolesi minyak. Dengan cara ini, air hujan tidak akan terserap pada kain.

Tahun 1200, masyarakat Amazon memakai lateks dari pohon karet untuk membuat anti air primitif. Meski efektif namun karet bisa jadi sangat lengket ketika cuaca panas dan kaku pada udara dingin.

Tahun 1823, seorang ahli kimia bernama Charles Macintosh dari Skotlandia sukses membuat pakaian tahan air dengan bahan karet. Namun bahan karetnya sudah dilarutkan dalam nafta sehingga bahan mudah digerakkan karena teksturnya lentur. Penemuan ini pun masih memiliki kekurangan. Ini karena aromanya buruk dan berbahaya jika terhirup dalam waktu lama.

Selanjutnya, Thomas Hancock membuat jas hujan dengan sistem vulkanisasi. Karet alami dipanaskan dulu lalu dicampur belerang dalam kondisi terkontrol. Di abad ke 20, muncullah bahan plastik dan nilon. Berkat dikenalnya dua bahan tersebut, maka usai Perang Dunia II, jas hujan plastik pun menjadi tenar dan disukai banyak orang.

Jas hujan yang kita kenal saat ini di pasaran sangat beragam. Ada yang terbuat dari bahan PVC, parasut, hingga plastik. Jas hujan bahan plastik banyak diminati masyarakat karena memiliki sedert kelebihan.

Pertama, jas hujan plastik memiliki bobot yang ringan. Ini membuat kita tidak akan merasa terbebani saat memakainya di bawah guyuran hujan. Selain itu, bahanya yang ringan juga membuat kita mudah membawanya tanpa merasa adanya tambahan beban di dalam tas kita. Jas hujan plastik juga praktis dibawa karena tidak makan banyak tempat.

Jas hujan plastik juga sangat terjangkau harganya. Harga kisarannya yang hanya Rp 5.000 membuat kita bisa membelinya kapan saja kita butuhkan saat kita lupa membawa jas hujan dari rumah.

Jas hujan kita wajib dirawat dengan baik. Kebanyakan dari kita hanya mengeringkan jas hujan usai memakainya lalu melipatnya kembali tanpa mengecek dulu jas hujannya. Padahal, penting bagi kamu untuk mengecek kondisi jas hujan. Cek apakah ada kotoran yang menempel atau tidak.

Bersihkan segera jika ada noda lumpur dan kotoran pada jas hujan. Jangan biarkan noda tersebut mengendap terlalu lama. Sisa air hujan yang tidak segera dikeringkan dan dibiarkan menempel juga akan membuat jas hujan lembap dan membuat adanya noda bekas air pada jas hujan.

Hindari memakai deterjen saat mencuci jas hujan. Hal ini hanya akan merusak kualitas bahan jas hujan. Kamu bisa memakai air bersih dan sabun cuci piring jika nodanya benar-benar membandel. Namun jika nodanya tidak begitu sulit dihilangkan, kamu cukup mengelapnya dengan memakai lap kanebo.

Langkah selanjutnya dalam membersihkan jas hujan adalah mengeringkannya. Apa pun bahan jas hujannya, hindari menjemurnya di bawah terik matahari. Cukup angin-anginkan saja untuk membuat jas hujan segera kering.

Menggantung jas hujan pada tempat yang tidak terkena sinar matahari langsung membuat bahan jas hujan awet. Sinar matahari hanya akan menyebabkan getas dan jahitan sambungannya kaku dan mudah terlepas sehingga jas hujan mudah sobek.

Langkah terakhir dalam merawat jas hujan adalah melipatnya. Hindari melipat jas hujan jika masih basah. Ini hanya akan membuat jamur mudah tumbuh pada jas hujan.

Lipat jas hujan dengan rapi sesuai dengan lipatan awalnya. Lalu masukkan jas hujan pada tas penyimpanannya.