Kangen Bakso Solo? Inilah 10 Rekomendasi Bakso Solo yang Mudah Didapatkan dari Toko Online (2023)

Menurut sejarah, banyak peradaban manusia dibangun di tepi sungai. Misalnya Mesir yang lahir dari Sungai Nil, India dari Sungai Gangga, dan Cina dari Sungai Kuning. Begitu pula di Indonesia, banyak kerajaan Nusantara yang dibangun di tepi sungai. Salah satunya adalah Majapahit yang dibangun di tepi sungai Brantas.

Mengapa demikian? Sebab, sungai menjadi salah satu unsur yang mempermudah manusia memenuhi kebutuhan hidupnya. Tanah di bantaran sungai cenderung lebih subur dan cocok untuk bercocok tanam. Selain itu, sungai itu sendiripun dapat dijadikan jalur transportasi untuk berdagang. Alasan-alasan tersebut semakin memperkuat teori yang mengatakan bahwa peradaban manusia dimulai dari keberadaan sungai.

Begitu pula yang terjadi dengan kota Solo yang lahir di tepi sungai Bengawan Solo. Di abad ke-18, Desa Sala merupakan daerah perdagangan yang sangat ramai karena dilalui jalur Sungai Bengawan Solo yang membentang dari Jawa Tengah hingga ke Jawa Timur dan bermuara di Laut Jawa. Hal itu membuat daerah tersebut dikenal sebagai daerah perdagangan yang ramai dan banyak etnis yang memilih untuk bermukim di sana.

Solo punya sebuah pasar yang lekat dengan citra pasar barang bekas, yaitu Pasar Klithikan Notoharjo. Pasar yang dibangun pada tahun 2006 oleh Pemerintah Kota Surakarta ini memang 90% penjualnya menjajakan barang-barang bekas. Ukuran pasar ini cukup besar, sehingga mampu mengakomodir ratusan pedagang kaki lima yang ada di sekitar Taman Monumen 45 Banjarsari.

Jika kamu adalah penggemar barang-barang bergaya vintage, maka pasar ini adalah tempat yang sangat pas untuk kamu. Di sini, kamu bisa menemukan berbagai dekorasi bernuansa vintage. Bahkan kalau beruntung, kamu pun bisa mendapatkan barang-barang kuno langka dengan harga yang sangat terjangkau.

Batik merupakan produk budaya bernilai seni tinggi dan banyak ditemukan di daerah Jawa Tengah dan Yogyakarta. Sejak tanggal 2 Oktober 2009, UNESCO telah menetapkan batik sebagai Warisan Kemanusiaan untuk Budaya Lisan dan Nonbendawi. Jika masyarakat internasional saja menghargai batik sebegitu tingginya, maka kita sebagai warga Indonesia juga perlu menjaga kelestarian batik itu sendiri.

Salah satu kota yang sangat menghargai batik bahkan dikenal sebagai kota batik adalah Solo. Banyak pedagang yang menjajakan batik di kota ini, mulai dari pedagang pasar hingga di mall. Solo punya banyak tempat yang khas dengan batik, misalnya Kampung Batik Laweyan atau Kampung Batik Kauman, di mana banyak rumah warga yang disulap menjadi galeri batik sederhana nan sangat menarik bagi wisatawan.

Di Solo, ada beberapa motif batik yang populer bahkan menjadi ciri khas daerah Solo itu sendiri. Misalnya seperti motif batik Sidomukti, Sidoluhur, Parang, Barong, Kawung, dan Sawat. Setiap motif memiliki makna dan kisahnya sendiri-sendiri yang diharapkan dapat membawa kebaikan untuk siapapun yang mengenakannya. Salah satunya adalah bentuk dasar S yang dapat kita temui di motif batik Parang.

Bentuk dasar ini diambil dari bentuk ombak samudera yang menggambarkan semangat menggebu-gebu. Motif ini memiliki pesan bagi kita agar tidak mudah menyerah, ibarat ombak yang tidak pernah berhenti bergerak. Selain itu, motif S juga menggambarkan jalinan yang tidak pernah putus. Entah itu jalinan untuk memperbaiki diri, ikatan kekeluargaan, maupun dalam hal memperjuangkan kesejahteraan.

Selain punya pesona tempat wisata, pesona kuliner Kota Solo juga tidak dapat diabaikan. Salah satu kuliner unik Kota Solo yang sayang untuk dilewatkan adalah sate buntel. Sate buntel adalah sate yang dibuat dari daging kambing yang sudah dicincang halus.

Mengapa disebut buntel? Buntel dalam bahasa Jawa artinya membungkus atau membalut. Nah, sebelum sate dibakar, ia akan dibungkus dengan lemak tipis terlebih dahulu. Dengan bumbu dasar merica dan kecap manis, inilah kenikmatan cita rasa makanan yang satu ini.

Beberapa warung sate buntel yang cukup terkenal antara lain Sate Buntel Haji Bejo, Sate Kambing Mbok Galak, dan Sate Buntel Pak Narto.

Hal lain yang terkenal dari Kota Solo adalah kereta wisatanya yang beroperasi tepat di sisi Jalan Slamet Riyadi. Kereta wisata ini merupakan lokomotif kuno buatan Jerman tahun 1896. Sepur Kluthuk Jaladara, begitulah lokomotif ini dinamakan.

Kereta ini beroperasi dari Stasiun Purwosari hingga Stasiun Kota. Di sepanjang perjalanan wisata, kamu akan melihat keunikan dan keindahan bangunan-bangunan Solo seperti Loji Gandrung, Keraton, dan Gladak.

Kembali ke soal kuliner, Solo juga punya kuliner yang sangat terkenal dengan kelezatannya. Saking lezatnya, jenis kuliner yang satu ini sudah menyebar ke seluruh daerah di Nusantara. Jadi jika Anda berkunjung ke Kota Solo, tak ada salahnya untuk menjajal kelezatan kuliner yang satu ini langsung dari tempat asalnya. Kuliner tersebut adalah bakso.

Dilihat sekilas, Bakso solo memang tidak ada bedanya dari bakso pada umumnya. Bakso ini dibuat dari daging sapi giling yang dibentuk bulat-bulat. Kunci kelezatannya ada pada kuah kaldu dengan bumbu rahasia yang menyiram bakso tersebut. Jika kamu ingin menjajalnya langsung, beberapa warung Bakso Solo ini cukup terkenal yaitu Bakso Solo Alex, Bakso Kadipolo, dan Bakso Titoti.

Bakso solo hanya berupa bulatan daging sapi berukuran kecil dengan bihun atau bakmi sebagai pelengkapnya. Terkadang, menu bakso juga ditambah pangsit goreng dan potongan daging kecil-kecil untuk menambah kelezatan.

Meski kecil, bakso solo tak kalah nikmat dengan bakso berukuran besar karena terasa lebih lembut dan kenyal. Karena ukurannya yang kecil, dalam satu mangkok bakso kamu bisa mendapatkan 4-5 butir bakso.

Bakso solo punya tekstur yang lembut dan kenyal yang menjadi ciri khasnya. Mengapa bisa lembut? Karena bakso solo terbuat dari campuran daging giling dan tepung dengan takaran yang pas.

Sehingga teksturnya tidak terlalu keras maupun terlalu lunak. Oleh karena itu, bakso ini cocok dimakan untuk orang-orang dari berbagai kalangan usia karena mudah untuk dicerna.

Di Indonesia, ada beberapa daerah yang cukup terkenal dengan kuliner baksonya, yaitu Malang, Solo, dan Wonogiri. Namun setiap daerah tersebut memiliki ciri khas baksonya masing-masing, terutama pada kuahnya. Bakso malang biasanya memiliki kuah yang lebih bening dengan cita rasa yang cukup ringan.

Sedangkan Wonogiri dan Solo cenderung memiliki kuah dengan cita rasa daging sapi yang lebih kuat dan membuat orang ketagihan. Jika kamu penggemar makanan dengan cita rasa yang kuat, kamu akan sangat menyukai kuliner yang satu ini.

Dibandingkan dengan bakso malang, bakso solo memang memiliki isian yang lebih sedikit dan sederhana. Biasanya, Bakso Solo hanya disajikan dengan bihun, mi kuning, seledri, sawi, dan taburan bawang goreng.

Kemudian isian tersebut akan disiram dengan kuah kaldu sapi yang lezat. Meski sudah banyak pedagang yang menambahkan varian isian dari bakso solo, namun resep aslinya masih sangat digemari oleh banyak orang. Menikmati bakso solo dengan cita rasa tradisional memanglah yang terbaik.

Bakso Solo tidak menggunakan gorengan seperti risol atau pangsit goreng seperti yang ada pada bakso malang. Memang ada beberapa warung bakso solo yang juga menjual pangsit goreng.

Namun, pangsit tersebut digunakan sebagai makanan pendamping sesuai selera orang yang menikmatinya. Bukan sebagai sesuatu yang ada di menu. Tanpa gorengan, bakso solo memiliki cita rasa yang lebih segar dibandingkan dengan bakso malang.