Yogya, Kota Budaya yang Juga Jadi Surga Wisata Kuliner
Siapa tak kenal Yogyakarta? Daerah yang satu ini nyaris selalu menarik perhatian karena dikenal dengan budaya tradisional yang kental juga sistem pemerintahan yang masih erat dengan keraton. Terletak di bagian selatan Pulau Jawa, Daerah Istimewa Yogyakarta memiliki luas 3.185,80 kilometer per segi.
Tidak hanya luas, wilayah yang dijuluki Kota Budaya ini juga populer oleh musisi-musisi andal dan universitas negeri yang dikenal melahirkan mahasiswa cerdas, Universitas Gadjah Mada. Maka tak heran, tidak hanya penduduk asli yang betah di sana tetapi para pendatang pun bisa berlama-lama tinggal.
Bagi kamu yang berencana melancong ke Kota Gudeg ini, tidak ada salahnya melakukan wisata kuliner. Banyak ragam makanan yang ditawarkan dan pasti memiliki sensasi tersendiri kalau kamu mencoba di daerah aslinya. Yuk, intip apa saja makanan enak dari Yogyakarta.
Camilan Khas Yogya Selalu Jadi Incaran Turis
Salah satu kegiatan asyik saat melancong adalah mencicipi makanan khas daerah destinasi. Yogyakarta memiliki banyak pilihan makanan mulai dari makanan berat hingga macam-macam kudapan yang jadi incaran para turis. Bahan dan rasa yang enak sampai unik membuat camilah khas Kota Gudeg ini diborong pula untuk buah tangan. Tak hanya itu, jika kamu pandai menemukan spot jajanan yang oke, bisa makan kenyang dengan harga murah pula. Seru, kan?
10 Camilan Khas Yogya yang Bakal Bikin Kamu Kangen
Jadi, apa kamu sudah tahu apa saja makanan ringan dar Yogyakarta yang bisa bikin rindu?
Geplak
Panganan yang satu ini tidak boleh terlewat sebagai oleh-oleh kalau kamu melancong ke Yogyakarta. Geplak, adalah camilan yang terbuat dari parutan kelapa dan gula merah atau gula pasir. Makanan khas dari Bantul ini jadi buruan terlebih oleh mereka penggemar kudapan manis.
Proses pembuatan geplak tidak terlalu sulit. Daging kelapa pertama-tama direndam dalam air kelapa hingga minyaknya hilang kemudian dicuci bersih lalu diparut. Setelah itu, parutan kelapa dimasak bersama gula dan pewarna makanan kemudian didinginkan, dibentuk bulat, lalu dikemas. Tak heran, hasil akhir jajanan ini punya warna-warna cantik yang menggoda. Pengemasannya sendiri umumnya memakai besek yakni wadah yang terbuat dari anyaman bambu tertutup dan berbentuk segi empat.
Jika kamu ingin mencicipi manisnya geplak, silakan berkunjung ke Toko Geplak Mbok Tumpuk yang berlokasi di Jalan KH. A. Wahid Hasyim nomor 104. Harganya pun relatif terjangkau. Hanya Rp 12.500 per besek.
Bakpia
Salah satu makanan ringan yang populer dari Yogyakarta adalah bakpia. Kudapan ini jadi ikon oleh-oleh wisatawan yang bertandang ke Kota Gudeg ini. Bakpia sendiri sebenarnya berasal dari negeri Cina dengan nama asli Tou Luk Pia, alias kue pia kacang hijau.
Sejak diperkenalkan di Yogyakarta, bakpia mulai diproduksi di Kampung Pathuk dan berkisar tahun 1948 akhirnya dikenal dengan bakpia pathuk. Saat itu popularitas bakpia belum terkenal seperti saat ini. Penjualannya masih secara eceran dalam bentuk besek tanpa label dan peminatnya pun masih terbatas. Perlahan, proses itu berlanjut hingga terjadi perubahan dengan kemasan baru berbentuk karton dengan label produsen.
Pada tahun 1980, bakpia berkemasan disertai merek dagang mulai bermunculan. Sejak saat itu, mulailah perkembangan bakpia hingga mencapai kepopuleran tertinggi sekitar tahun 1992. Kini di Yogyakarta bertebaran toko yang menjual bakpia. Berikut rekomendasi bakpia terlaris yang cocok jadi buah tangan.
- Bakpia Kurnia Sari
Kelebihan Bakpia Kurnia Sari terletak pada varian rasa yang ditawarkan. Tak hanya versi orisinal dari bakpia rasa kacang, Bakpia kurnia Sari menyuguhkan bakpia keju, cokelat, greentea, hingga durian. Salah satu yang jadi favorit di sini adalah bakpia keju. Rasa gurih berpadu manis bisa bikin kamu jadi ketagihan. Kudapan ini lumayan tahan lama meski tanpa bahan pengawet. Bisa disimpan dalam lemari es dalam jangka waktu sekitar tiga minggu. Kamu bisa membeli bakpia ini dengan dua pilihan ukuran yaitu porsi 15 buah atau 20 buah bakpia. Untuk satu kemasan dengan isi 15 bakpia, dipatok seharga Rp 44.000 dan untuk rasa istimewa seperti tiramisu dan mete cokelat, harganya Rp 54.000. Bisa dikunjungi di tiga gerainya yang berlokasi di Jalan Glagahsari nomor 97C, Jalan Glagahsari nomor 112, dan Ruko Permai Pogung Lor nomor 6 Jalan Ringroad Utara. Buka setiap pukul 08.00 WIB sampai pukul 16.00 WIB. - Bakpia Pathok 25
Produsen ini adalah salah satu yang paling terkenal di Yogyakarta karena termasuk pelopor usaha bakpia selain Bakpia Pathuk 75. Bakpia Pathok 25 merupakan bisnis keluarga yang diteruskan oleh generasi Arlen Sanjaya. Tersembunyi dari jalan utama, pengunjung masih memadati pabrik yang memrposes bakpianya dengan motode sederhana. Kalau kamu penasaran dengan cara pembuatan bakpia yang legendaris ini, kamu bisa loh melihat prosesnya. Plus, bisa langsung bawa pulang bakpia yang masih fresh dari pemanggang. Asyik, kan? Saat ini telah terdapat cabang dari Bakpia Pathok 25 yang berada di daerah Jalan Laksda Adisucipto, dekat dengan bandar udara. Untuk harga Bakpia Pathok 25 membanderol setiap 15 buah bakpia seharga Rp 70.000 dan 20 biji dengan Rp 80.000. Selain bisa membeli di pabrik pusat yang berlokasi di Jalan AIP II KS. Tubun NG I/504, kamu juga bisa memperoleh Bakpia Pathok 25 di Pasar Pathok, Kios Pasar Pathok 14-18 atau di Bandara Jaya Jalan Laksda Adisucipto Km. 9, Yogyakarta.
Yangko
Penganan ini nyaris sama dengan kue mochi khas Jepang namun berbeda pada bentuknya. Mochi berbentuk bulat sedangkan yangko berbentuk kotak dan punya tekstur kenyal. Terbuat dari tepung ketan dan dibalut dengan tepung di bagian luar, makanan manis ini pun populer sebagai jajanan ringan yang sering dijadikan buah tangan.
Proses pembuatan yangko sendiri membutuhkan waktu lama juga memerlukan ketelatenan. Beras ketan yang dikukus, dijemur hingga kering sebelum kemudian digoreng tanpa minyak dan ditumbuk untuk dijadikan tepung. Setelah itu, air gula dimasak lalu dicampurkan dengan beras ketan yang telah ditumbuk. Selanjutnya memasukkan rasa yang diinginkan dan sesudah adonan matang serta dingin, baru dipotong kotak-kotak dan dibaluri tepung. Setelah semua proses selesai yangko siap dikemas menggunakan kertas minyak.
Wah, cukup lama juga pembuatannya, ya? Proses yang demikian membuat yangko memiliki aroma khas serta wangi manis yang menggugah selera. Rasa asli dari yangko sendiri adalah campuran kacang dan gula. Tetapi seiring perkembangan zaman, kini yangko juga hadir dengan varian rasa stroberi, melon, durian, dan lain-lain.
Untuk harga cukup bervariasi, mulai dari Rp 8.000 sampai Rp 10.000 bila kamu membeli langsung ke pembuatnya. Untuk memperoleh yangko yang lezat ini, kamu bisa berkunjung ke Toko Yangko Pak Prapto yang berlokasi di Jalan Pramuka nomor 82, Yogyakarta. Toko yang buka mulai pukul 08.00 WIB sampai pukul 19.00 WIB ini mematok harga Rp 30.000 per 30 butir yangko. Sudah berdiri sejak tahun 1921, ketenaran Yangko Pak Prapto ini pun membuat kudapan manisnya sampai dijual secara daring, loh.
Coklat Monggo
Hal yang unik dari Coklat Monggo adalah pembuatnya yang bukan asli dari Yogyakarta. Seorang pria asal Belgia yang berkunjung ke Indonesia, kecewa terhadap kualitas cokelat di Yogyakarta padahal Indonesia masuk ke jajaran tiga besar penghasil kakao dunia. Tak puas dengan hal ini, lelaki tersebut akhirnya memutuskan bereksperimen untuk membuat beberapa produk cokelat dengan cita rasa Belgia.
Setelah berhasil dengan inovasi cokelatnya, lahirlah Coklat Monggo. Kata “monggo” sendiri dalam bahasa Jawa memiliki arti “silakan” dan biasanya diikuti dengan gerakan mengacungkan ibu jari. Kini, Coklat Monggo telah hadir dalam banyak varian rasa juga bentuk, menjadikannya masuk ke jajaran oleh-oleh ikonik Kota Gudeg. Untuk rasa, kamu bisa memilih di antara varian krim kacang mete, caramello, krim karamel, dark dengan 58 persen kakao, stroberi, durian, white chocolate, mangga, marzipan, jahe, red chili, dan banyak lagi.
Pengemasannya menggunakan kertas daur ulang yang ramah lingkungan. Kamu bisa berkunjung ke Showroom Cokelat Monggo yang berlokasi di Kota Gede atau melihat langsung proses pembuatannya di Pabrik Cokelat Monggo yang buka tiap senin hingga jumat pada pukul 08.00 WIB sampai pukul 17.00 WIB, sedangkan di hari Sabtu pada jam 09.00 WIB sampai jam 14.00 WIB.
Sempatkanlah berkunjung ke dapur Monggo kalau kamu penasaran dengan proses pembuatannya secara langsung. Pabrik Cokelat Monggo sendiri berlokasi di Dalem KG III/978 RT 43, RW 10, Purbayan, Kotagede.
Salak Pondoh
Kali ini kita beralih ke kudapan segar, salak pondoh. Nama "pondoh" sendiri sebenarnya bukan nama daerah melainkan kebiasaan warga Turi menyebut salak yang rasanya manis dan tidak sepat. Jika di Malang ada agrowisata apel, Yogyakarta punya agrowisata salak pondoh. Kamu bisa memetik salak langsung dari kebunnya yang berlokasi di Kampung Gadung, Desa Bangunkerto, Kecamatan Turi, Kabupaten Sleman, Yogyakarta. Kawasan wisata ini bisa juga dicapai melalui jalan tembus Magelang-Solo di sisi utara Yogyakarta.
Desa Wisata Agro Bangunkerto ini pertama kali dikelola oleh Dr. Soebroto Soedibyo dan pernah meraih masa keemasan pada tahun 2000-an. Memiliki luas sekitar 27 hektar, Wisata Agro Bangunkerto akan memanjakan kamu dengan berbagai jenis salak unggulan yang ditawarkan. Beberapa di antaranya yaitu salak super asli Indonesia, salak hitam, salak gading, salak klinting, salak gula pasir dan sebagainya.
Selain bisa memetik salak, kamu juga bisa bersantai di berbagai fasilitas yang telah tersedia di kawasan wisata ini. Terdapat kolam renang, kolam rekreasi, kolam pemancingan, taman bunga, taman bermain, tempat pertemuan, jalan setapak yang bisa kamu telusuri untuk mencapai kebun salak pondoh, sepeda air serta kios penjualan salak pondoh.
Kamu bisa berkunjung ke tempat ini pada sekitar bulan Mei hingga Juni atau di bulan November sampai Desember karena di luar bulan-bulan tersebut biasanya buah salak berukuran kecil dan tidak banyak.
Kawasan wisata ini buka setiap hari mulai pukul 08.00 WIB sampai pukul 16.00 WIB dengan tiket biasa seharga Rp 3.000 dan Rp 10.000 kalau kamu ingin ditemani pemandu serta bisa makan salak langsung di tempat. Kamu juga bisa membawa pulang salak setelah berkunjung hanya dengan membayar Rp 20.000 saja.
Thiwul Yu Tum
Kali ini kita beralih ke kudapan segar, salak pondoh. Nama pondoh sendiri sebenarnya bukan nama daerah melainkan kebiasaan warga Turi menyebut salak yang rasanya manis dan tidak sepat. Jika di Malang ada agrowisata apel, Yogyakarta punya agrowisata salak pondoh. Kamu bisa memetik salak langsung dari kebunnya yang berlokasi di Kampung Gadung, Desa Bangunkerto, Kecamatan Turi, Kabupaten Sleman, Yogyakarta.
Kawasan wisata ini bisa juga dicapai melalui jalan tembus Magelang-Solo di sisi utara Yogyakarta. Desa Wisata Agro Bangunkerto ini pertama kali dikelola oleh Dr. Soebroto Soedibyo dan pernah meraih masa keemasan pada tahun 2000-an. Memiliki luas sekitar 27 hektar, Wisata Agro Bangunkerto akan memanjakan kamu dengan berbagai jenis salak unggulan yang ditawarkan. Beberapa di antaranya yaitu salak super asli Indonesia, salak hitam, salak gading, salak klinting, salak gula pasir dan sebagainya.
Selain bisa memetik salak, kamu juga bisa bersantai di berbagai fasilitas yang telah tersedia di kawasan wisata ini. Terdapat kolam renang, kolam rekreasi, kolam pemancingan, taman bunga, taman bermain, tempat pertemuan, jalan setapak yang bisa kamu telusuri untuk mencapai kebun salak pondoh, sepeda air serta kios penjualan salak pondoh.
Kamu bisa berkunjung ke tempat ini pada sekitar bulan Mei hingga Juni atau di bulan November sampai Desember karena di luar bulan-bulan tersebut biasanya buah salak berukuran kecil dan tidak banyak.
Kawasan wisata ini buka setiap hari mulai pukul 08.00 WIB sampai pukul 16.00 WIB dengan tiket biasa seharga Rp 3.000 dan Rp 10.000 kalau kamu ingin ditemani pemandu serta bisa makan salak langsung di tempat. Kamu juga bisa membawa pulang salak setelah berkunjung hanya dengan membayar Rp 20.000 saja.
Jadah Tempe
Makanan tradisional ini berasal dari daerah lereng Gunung Merapi, Kaliurang. Jadah tempe sebenarnya gabungan dari dua jenis makanan tradisional yakni jadah yang terbuat dari ketan dan tempe. Jadah biasanya dicampur dengan parutan kelapa yang memberi rasa gurih di lidah sedang tempe pasangannya, diolah dengan cara dibacem sehingga menimbulkan rasa manis.
Kombinasi ini akan lebih mantap kalau kamu menambahkan cabai rawit. Paduan manis, gurih dan pedasnya pasti nendang di lidah kamu.
Sejarah jadah tempe sendiri terbilang panjang namun singkatnya, makanan ini mulai populer sejak Sastro Dinomo atau dikenal dengan nama Mbah Carik menjualnya pada tahun 1950-an. Jadah tempe semakin melambung ketika Sultan Hamengkobuwono IX mencoba makanan ini dan ternyata beliau menyukai rasanya. Bahkan, sampai sering mengutus pengawalnya untuk membeli jadah tempe langsung di Kaliurang. Tak heran, kalau makanan ini jadi favorit di kalangan kerabat Keraton Yogyakarta ketika bertandang ke Kaliurang.
Jika kamu berkunjung ke Kaliurang, sebaiknya tak ketinggalan mencicipi jadah tempe yang dibanderol dengan harga mulai dari Rp 10.000 hinga Rp 20.000 ini. Nikmati hawa sejuk pegunungan ditemani jadah tempe serta secangkir kopi atau teh panas yang menghangatkan. Nikmat!
Lemper Bakar
Siapa tak kenal lemper? Kudapan mengenyangkan ini merupakan salah satu kuliner khas Jawa yang masih lestari bahkan melanglang buana ke daerah lain. Tak jarang, acara-acara adat Jawa pun dihiasi oleh kehadiran lemper. Penganan ini terbuat dari ketan yang dimasak bersama santan. Umumnya diisi menggunakan daging ayam berbumbu kemudian digulung dengan daun pisang.
Proses pembuatannya sendiri memakan waktu lama dan butuh ketelatenan juga kecermatan. Salah resep atau keliru menakar bisa membuat lemper jadi berantakan. Nah, jika kamu ingin mencicip lemper dengan cara yang berbeda, kamu bisa mencoba lemper bakar yang tak kalah enaknya. Lemper ini dijual di sekitar Pasar Kranggan dan Pasar Legi dengan harga terjangkau. Hanya Rp 2.000 hingga Rp 3.000 saja per buah.
Peyek Mbok Thumpuk
Bagi kamu yang suka kudapan renyah, Peyek Mbok Thumpuk ini sebaiknya tak dilewatkan. Peyek yang dicetuskan Mbok Thumpuk ini memiliki bentuk berbeda daripada peyek pada umumnya. Biasanya, peyek berbentuk pipih dengan taburan kacang tanah, kacang kedelai atau teri sedangkan peyek milik Mbok Thumpuk ini berbentuk agak membulat dan didominasi kacang.
Camilan ini pun sudah dikenal luas dan jadi salah satu ikon kuliner Bantul. Jika kamu ingin mencicipi peyek dengan sensasi seru menggerogoti peyek bulat ini, bisa langsung membelinya di Toko Mbok Thumpuk yang berlokasi di Jalan KH. A. Wahid Hasyim nomor 104, Bantul, Yogyakarta. Peyek unik ini dibanderol mulai dari Rp 40.000 sampai Rp 60.000 per kilogram.
Tasuba (Tahu Susu Bakso)
Tahu bakso mungkin sudah biasa tapi bagaimana dengan tahu susu bakso? Tasuba ini dibuat dari kedelai pilihan dan dipadu bersama susu sapi murni. Kombinasi keduanya membuat tasuba terasa lembut di lidah. Sementara, baksonya sendiri terbuat dari daging segar. Maka tak heran, tasuba juga jadi incaran penikmat kuliner yang bertandang ke Yogyakarta. Untuk menjaga kualitas dari tahu susu bakso ini, pemilik Tasuba dibantu dengan sejumlah karyawan membuat sendiri tahu mau pun isian dari produknya.
Untuk mencicipi Tasuba, kamu bisa memperolehnya dengan merogoh kocek sebesar Rp 22.000 untuk setiap kotak. Tasuba biasanya dijual dalam keadaan beku karena umumnya dibeli sebagai oleh-oleh namun kalau kamu tak sabar mencicipi, bisa minta digorengkan dan hanya menambah Rp 1.000 per kotak.
Kamu bisa membeli tahu susu bakso ini di Jalan Laksda Adisucipto kilometer 7,6 Yogyakarta, atau bisa berkunjung ke showroom yang terletak di Perum. Bukit Permata Indah (BPI) A-12, Jalan Candi Gebang, Sleman, Yogyakarta.
Camilan khas Yogya yang Melekat di Lidah dan Ingatan
Dari daftar camilan khas Yogya yang ditulis di atas, mana yang sudah pernah kalian rasakan? Kebanyakan tentunya cuma pernah mengicipi legitnya bakpia dan kurang informasi tentang camilan khas Yogya lainnya yang padahal sayang sekali kalau dilewatkan. Lain kali saat kamu atau kerabatmu ke Yogya, kamu sudah tahu kan, mau coba camilan apa selain bakpia?