Tak Disangka, Ada Menu Lezat dan Kebiasaan Makan Unik di 5 Penjara Ini!

Tak Disangka, Ada Menu Lezat dan Kebiasaan Makan Unik di 5 Penjara Ini!

Kehidupan di balik jeruji besi tentu tidak seenak di rumah sendiri. Seperti halnya dalam soal makanan, para narapidana tidak mudah untuk menikmati makanan lezat. Namun, beberapa penjara di dunia ini punya kebijakan sendiri berkaitan dengan makanan. Bentuknya macam-macam, namun yang jelas cukup menguntungkan bagi para tahanan.

Membayangkan kehidupan di dalam jeruji besi atau sel tahanan saja sudah membuat banyak orang bergidik. Apalagi jika harus membayangkan mengonsumsi makanan dan menu para narapidana setiap hari.

Tidak seperti manusia merdeka dan bebas memilih makanan yang disukai, para tahanan di penjara mau tak mau harus mengonsumsi makanan yang disediakan oleh para petugas di penjara.

Di Indonesia, makanan di penjara sudah diatur dalam APBN (Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara) setiap tahun dan sesuai dengan kadar nutrisi. Setiap tahanan di Indonesia dijatah Rp 5.000 untuk tiap kali makan sebanyak 3 kali sehari.

Jadi, bisa dibayangkan dengan nominal sebesar itu, tentu menu yang tersedia sangat sederhana. Kondisi ini akan semakin minimalis, jika penjara memiliki tingkat hunian tahanan yang cukup tinggi. Anggaran makanan harus dibuat cukup untuk mengisi perut para tahanan setiap hari.

Meski terkenal “mengerikan”, namun di beberapa penjara seluruh dunia ada yang menyediakan makanan penjara terbaik dan rasanya juga enak. Ada pula kebiasaan-kebiasaan unik yang berhubungan dengan makanan. Wah, apa saja, ya?

Menu Sehat di Penjara Goulburn-Australia

Tak seperti penjara lain, penjara di Goulburn, Australia memiliki menu-menu yang menyehatkan. Untuk sarapan, disediakan sereal, kopi dengan gula, serta 7 buah roti. Menu pelengkap lain berupa susu sebanyak 600 ml untuk wanita dan 300 ml untuk pria. Para tahanan boleh memakan menu sarapan sehat ini di dalam sel atau langsung di ruang makan.

Sementara itu, untuk mengisi perut di siang hari, menu makan siang di antaranya adalah sandwich, buah, dan yoghurt. Di dalam sandwich terdapat daging ayam, daun selada, atau daging panggang. Hmm.. sepertinya lezat ya..

Menu McDonald’s di Penjara Bergisch Gladbach, Cologne-Jerman

Sumber gambar www.yahoo.com

Meskipun berstatus tahanan atau narapidana, ternyata tak membuat para tahanan ini pusing soal makanan penjara. Berlokasi di penjara Bergisch Gladbach di Cologne, Jerman, para narapidana seolah “dimanjakan’ dengan adanya menu khas McDonald’s yang ditawarkan.

Masuknya menu Mc Donald’s ini terjadi pada sekitar Maret 2017. Saat itu masa kontrak katering makanan penjara telah habis. Di samping penjara terdapat sebuah restoran Mc Donald's. Para petugas yang tidak ingin repot menyiapkan makanan, kemudian bekerja sama dengan restoran ini untuk menyediakan makanan penjara.

Untuk menu sarapan pagi, ada menu McToast. Sedangkan, menu makan malam ada cheeseburger. Kadang–kadang, para tahanan ini “terpaksa” harus memakan menu restoran cepat saji selama berhari–hari hingga ada katering khusus dari penjara.

Jika sesekali menikmati menu McDonald’s memang menyenangkan, tapi jika harus setiap hari menyantapnya, para narapidana ini juga bisa bosan, ya.

Menu Rumahan di Penjara Reclusorio Preventivo Norte-Mexico City

Berbeda lagi dengan kebijakan yang berlaku di penjara Reclusorio Preventivo Norte di Mexico City. Para narapidana boleh mengonsumsi makanan yang dibawakan oleh sanak saudara atau keluarga dari luar.

Pada hari–hari tertentu yaitu Selasa, Kamis, Sabtu, dan Minggu, keluarga tahanan akan datang ke penjara membawakan makanan enak dari rumah. Para narapidana bisa menikmati menu seperti nasi ala meksiko, sereal, telur, atau bread roll.

Kebijakan ini dibuat karena pihak petugas penjara ingin memberikan kenyamanan bagi para narapidana yang mungkin kurang berselera dengan menu makanan buatan di penjara.

Boleh Belanja dan Masak Sendiri di Penjara

Memperlakukan para tahanan selayaknya manusia pada umumnya membuat penjara di negara–negara Skandinavia layak diacungi jempol. Penjara di negara Norwegia, Swedia, Denmark dan sekitarnya, memperbolehkan para tahanan untuk memasak sendiri makanan yang diinginkan.

Hal ini dilakukan karena para petugas lapas ingin memanusiakan para tahanan dengan cara “merehabilitasi” mereka daripada harus menghukum atau mengekang kebebasannya.

Selama di dalam penjara, para tahanan juga dibekali dengan anggaran sekitar Rp 1 jutaan untuk berbelanja bahan makanan dan mengolahnya sendiri. Pelatihan keterampilan memasak diberikan sebagai bekal mereka nanti setelah bebas dan terjun di tengah masyarakat dan agar tidak terlibat lagi dengan kejahatan.

Hasil dari program belanja dan memasak sendiri ini juga terlihat lebih realistis. Karena ternyata para tahanan juga menjadi lebih percaya diri karena memiliki bekal kemampuan memasak.

Menu Restoran di Penjara Volterra

Sumber gambar www.nytimes.com

Dilansir dari laman nytimes.com, sebuah penjara di Volterra justru menyajikan menu–menu restoran berbintang atau restoran kelas atas untuk para tahanan. Hal ini terjadi pasalnya di dalam penjara terdapat sebuah restoran. Staf atau kru restoran adalah dari narapidana sendiri.

Setelah mendapatkan pelatihan dan pembinaan khusus, tahanan–tahanan yang sudah diseleksi dan dilatih kemudian akan dipekerjakan di restoran milik penjara Volterra tersebut. Para tahanan yang bekerja di restoran secara shift atau bergantian, akan mendapatkan upah alias gaji, sekaligus mendapatkan bekal ilmu kewirausahaan mendirikan restoran yang dapat membuat mereka lebih mandiri setelah nanti bebas dari penjara.

Keuntungan yang diperoleh dari penjualan makanan akan dikembalikan untuk kesejahteraan para tahanan dan biaya operasional penjara Volterra.

Para pengunjung restoran tidak terbatas dari para staf atau pegawai penjara, melainkan juga masyarakat umum yang sangat antusias mencicipi makanan “penjara”. Selain rasa penasaran tinggi, mereka juga ingin melihat langsung para tahanan yang bekerja di restoran.

From our editorial team

Kebijakan Penjara untuk Menghargai Tahanan

Tentunya, kebijakan apa pun yang diberikan pihak penjara kepada para tahanan sebenarnya bertujuan positif dan agar mereka jera dan tidak dengan mudah keluar masuk penjara. Misalnya saja soal pengaturan menu yang tidak senikmat makanan di rumah sendiri. Namun, kebijakan beberapa penjara dalam artikel ini tentu sudah melewati pertimbangan panjang yang mana tujuan utamanya adalah menghargai para tahanan sebagai manusia dan untuk membimbing mereka agar bisa menjadi manusia yang lebih baik nantinya.