Cara Membesarkan Buah Hati Anda akan sangat Berpengaruh di Masa Depannya
Sebagai orangtua, membesarkan anak adalah salah satu tugas terberat yang harus diemban. Proses ini akan berpengaruh pada banyak hal baik bagi orangtua maupun buah hati. Cara mendidik dan membesarkan yang keliru dapat membuat masalah di kemudian hari yang tentunya tidak Anda inginkan.
Meski terdengar penuh tantangan, membesarkan anak dengan cara yang sesuai akan memberi ikatan antara orangtua dan buah hati. Alih-alih berat, Anda mungkin saja bisa membangun kedekatan yang berpengaruh positif baik bagi diri sendiri juga keluarga.
Ada beberapa cara yang bisa Anda lakukan untuk jadi lebih dekat saat membesarkan anak. Misalnya, mengajak bercanda putera dan puteri di kala family time. Selain mencairkan kekakuan, lelucon juga bisa merangsang kreativitas. Hanya saja, pertimbangkan jenis guyonan yang sesuai untuk anak-anak.
Selain itu, tumbuhkan kasih sayang di antara anggota keluarga dengan mulai memperlihatkan cinta antara anda dan pasangan. Hubungan orangtua yang harmonis berpengaruh pada kondisi psikologis anak. Mengetahui orangtuanya dalam jalinan yang baik secara tidak langsung akan memberi rasa aman dan nyaman bagi buah hati Anda.
Yuk, Perbanyak Pengetahuan Anda untuk Mendapatkan Tips Parenting yang Baik
Tidak ada orang tua yang sempurna tapi bukan berarti Anda berhenti berusaha memberikan pendidikan yang terbaik bagi anak-anak Anda. Tidak melulu soal akademis, Anda bisa menerapkan beberapa tips berikut untuk membesarkan buah hati.
12+ Tips Parenting Anak Agar Menjadi Baik dan Mandiri
Dengarkan Anak Anda
Melatih anak secara mandiri dengan membiarkan mereka mengemban beberapa tugas di rumah adalah hal yang baik. Namun, hal ini juga perlu diimbangi dengan memerhatikan mereka secara keseluruhan.
Anak-anak, terlebih pada usia remaja sering menutup diri dan hal ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor. Selain keterkejutan akan perubahan fisik yang mencolok, remaja umumnya menjadi lebih sensitif dan pada beberapa kasus. Hal ini membuat mereka enggan mengungkapkan pikiran pada orangtua. Hasilnya, tercipta jarak antara Anda dan buah hati yang bisa berdampak tidak baik.
Untuk mengatasinya, Anda bisa bicara pada anak-anak dan yakinkan mereka bahwa Anda mau mendengarkan keluh kesah tanpa menghakimi. Mendengarkan curahan hati anak-anak bisa meringankan beban pikiran mereka dan membuat Anda merasa lebih nyaman. Karena dengan begitu mengetahui problem yang sedang dihadapi buah hati.
Jangan sepelekan poin ini karena banyak kasus remaja mengalami stres dan depresi karena mereka merasa “ditinggalkan” oleh orangtua yang abai dan enggan mendengarkan suara mereka.
Ajari Anak agar Tidak Berbohong
Kejujuran adalah salah satu moral value yang mahal. Untuk menghidupkan nilai ini pada diri anak-anak Anda, mulailah dengan memilih lingkungan yang baik. Tentu saja, contoh yang baik dimulai dari rumah dan oleh sebab itu, jadikan diri Anda sebagai figur yang jujur dan bisa dipercaya. Anak-anak mudah meniru apa yang mereka lihat.
Kadang-kadang, buah hati Anda berbohong di saat terdesak atau ketakutan. Melakukan kesalahan dan khawatir akan dimarahi dapat mendorong anak-anak untuk melakukan kebohongan. Hal ini bisa disiasati dengan menghindari menekan anak-anak. Jangan mendesak mereka jika anak-anak belum siap untuk bicara.
Hindari memberi label yang buruk karena hal ini dapat tertanam dalam benak anak-anak dan memberi sugesti bahwa mereka memang seperti yang disebutkan. Anda juga harus meyakinkan buah hati bahwa kejujuran adalah hal yang akan diapresiasi dan kesalahan bisa dimaafkan.
Jangan Turuti Semua Keinginannya
Meski mampu untuk memenuhi segala kebutuhan anak bahkan memanjakan mereka, bukan berarti Anda harus menuruti semua permintaan buah hati. Hindari hal ini karena dapat menyebabkan anak-anak menjadi pribadi yang cengeng, mudah merengek dan manja dalam konotasi negatif.
Saat menolak keinginan anak-anak, sebaiknya Anda menjelaskan alasannya. Misalnya ketika dia meminta mainan baru padahal sudah ada banyak mainan di rumah yang bahkan jarang disentuh. Beri pengertian pada anak-anak bahwa mereka harus menghargai apa yang ada. Beri pengertian juga bahwa membeli barang baru bukan kepentingan mendesak.
Jika anak Anda mulai tantrum dan menangis, diamkan hingga berhenti. Anda harus tegas dan melepas sejenak “rasa tidak tega” agar anak-anak terlatih mandiri dan mengerti bahwa sikap cengeng tidak meluluhkan hati orang tua. Jika Anda tidak tegas dan pada akhirnya kalah dengan anak, di masa depan si buah hati akan menggunakan metode yang sama untuk mendapat keinginannya.
Hal ini mungkin terlihat sepele tapi tanpa disadari, bisa membuat anak-anak menjadi pribadi yang sulit diatur, egois, keras kepala, suka membantah. Selain itu sulit berbagi dan tidak mau mandiri karena tergantung pada Anda. Tentunya, Anda tidak ingin anak-anak berlaku demikian, bukan?
Panggil Nama Anak dengan Lembut
Hindari menggunakan suara keras saat memanggil nama anak Anda. Hal ini bisa menumbuhkan ketakutan dan memberi jarak karena menganggap Anda adalah orangtua yang seram dan suka marah.
Mulailah memanggil anak Anda dengan sebutan yang manis dan lembut. Hal ini akan memberi mereka rasa nyaman dan merasa disayangi. Selain itu, perbedaan intonasi nada pada suara Anda juga dapat menjadi tanda apakah situasi sedang bersahabat atau apakah Anda sedang marah sehingga anak-anak juga bisa memiliki rasa segan dan menghormati Anda sebagai orangtua.
Hindari Terlalu Banyak Melarang
Sebagai orangtua, bisa dipahami bahwa Anda memiliki banyak kekhawatiran. Namun, jangan sampai hal ini membuat Anda berlebihan dalam melarang anak-anak melakukan kegiatan yang menyenangkan dan justru bisa menghambat tumbuh kembang mereka.
Saat Anda memutuskan untuk melarang anak-anak melakukan suatu hal, berikan alasan yang bisa mereka terima. Setelah itu, carilah solusi pengganti agar anak Anda terhindar dari rasa kecewa. Mengalihkan perhatian juga bisa jadi cara jitu untuk membebaskan anak-anak dari keresahan karena dilarang melakukan hal yang mereka minati.
Dampak dari melarang ini sering tak disadari tapi ternyata bisa membawa efek seperti menghambat kreativitas anak, menjadikan buah hati kurang inspiratif, menurunkan rasa percaya diri bahkan berujung pada jatuhnya prestasi akademik karena segan mencoba hal baru.
Oleh sebab itu, cermati hal-hal yang menarik minat anak-anak dan pelajari apakah hal tersebut lebih banyak membawa dampak positif atau negatif. Tentunya, Anda ingin putera puteri Anda tumbuh menjadi pribadi yang aktif, bukan?
Beri Rasa Cinta dan Perhatian yang Cukup
Kasus kenakalan remaja banyak terjadi karena anak-anak menganggap dirinya tidak mendapat perhatian yang cukup di rumah. Orangtua seringnya tidak menyadari hal ini. Kesibukan dan keletihan dari pekerjaan atau tugas rumah tangga terkadang membuat para orangtua lupa pentingnya memberi atau menunjukkan perhatian pada anak.
Untuk menghidupkan suasana penuh cinta di rumah, ada beberapa hal sederhana yang bisa dilakukan. Beribadah bersama, mendengarkan anak-anak saat mereka bercerita soal sekolah mereka, membacakan buku di waktu tidur atau sekadar berbagi hal-hal yang kebetulan sama-sama diminati oleh mereka.
Bagi Anda yang memiliki anak remaja, berdiskusi juga bisa jadi quality time yang baik. Remaja yang tahu bahwa pendapatnya didengarkan dan dihormati umumnya bisa tumbuh menjadi anak yang percaya diri. Hal ini juga dapat menghindarkan mereka dari mencari perhatian di lingkungan yang salah.
Jangan Sampai Memakai Kekerasan Verbal Maupun Fisik
Prihatin dengan kelakuan anak-anak zaman sekarang yang sering menggunakan kata-kata kasar bahkan melakukan kekerasan pada teman-teman mereka? Intip dahulu ke rumah Anda dan lihat apakah Anda menjadi figur yang memberi contoh tersebut?
“Anak-anak tumbuh dengan melihat punggung orang tua mereka” dan agaknya ungkapan ini benar adanya. Komisi Nasional Perlindungan Anak merilis beberapa pemicu terjadinya kekerasan terhadap anak dan salah satunya adalah kekerasan dalam rumah tangga.
Anak-anak yang tumbuh dan berkembang dalam lingkungan sarat kekerasan baik secara verbal mau pun fisik cenderung tumbuh menjadi pribadi yang terbagi dalam dua jenis yakni penakut atau justru menjadi peniru.
Anak-anak yang mendapat kekerasan baik secara verbal mau pun fisik bisa tumbuh menjadi anak yang memiliki kepercayaan diri rendah, merosot dalam prestasi akademis, pribadi yang mudah cemas, depresi bahkan bisa berujung pada tindak bunuh diri. Pada kasus lainnya, anak-anak ini bisa tumbuh sebaliknya, yakni berlaku agresif, kasar dan sulit membuka diri pada lingkungan. Tak jarang, remaja berlaku tindak kriminal.
Oleh sebab itu, mulailah membenahi diri dan hindari perkataan yang kasar seperti umpatan atau makian. Hindarkan pula anak-anak dari lingkungan demikian agar tidak terpengaruh oleh contoh yang buruk.
Tanamkan Pentingnya Meminta Maaf
Selain “terima kasih”, ada satu lagi kata yang sebaiknya diajarkan sejak dini pada diri anak-anak yakni “Maaf”. Menanamkan pentingnya kata “maaf” pada anak dapat memberi mereka pengertian untuk melakukan hal lebih hati-hati dan menekan ego mereka.
Selain itu, membentuk pribadi yang tidak segan meminta maaf juga mengajarkan anak untuk menjadi pribadi yang jujur dan berani mengakui kesalahan. Hal ini juga akan berdampak pada diri anak dengan lingkungan.
Untuk melatih anak-anak agar berani dan tidak takut meminta maaf, Anda bisa melakukan hal seperti menerima permintaan maaf dan memberi apresasi saat anak mau mengakui kesalahan. Katakan bahwa Anda tetap mencintai mereka dan beri pelukan atau kecupan. Anak-anak akan tahu bahwa kesalahan yang mereka lakukan tidak mengurangi kasih sayang orangtua.
Ajari Tanggung Jawab Mulai dari Hal Kecil
Buah hati Anda tidak selamanya menjadi anak kecil yang manis dan lucu. Suatu saat, mereka akan tumbuh jadi orang dewasa yang mengemban tanggung jawab. Oleh sebab itu, mulailah melatih mereka sejak masih kecil.
Ada beberapa hal sederhana yang bisa Anda berikan agar si kecil mulai belajar soal tanggung jawab. Misalnya dengan membereskan tempat tidurnya sendiri setelah bangun tidur.
Jangan terlalu sering mengoreksinya atau mengomel ketika pekerjaannya tidak sempurna. Sebaliknya, Anda bisa memberi apresiasi dan mencontohkan yang benar agar anak Anda bisa memperbaikinya esok hari.
Ada beberapa tahapan tanggung jawab yang bisa diberikan bagi anak-anak sesuai dengan usia mereka. Mulai usia 2-3 tahun, Anda mulai bisa memintanya membereskan makanan atau minuman yang ditumpahkan. Bisa juga dengan mulai meminta buah hati Anda membuang sampah sampai menyimpan mainannya sendiri.
Usia 4-5 tahun, Anda bisa mulai melibatkan anak-anak dengan pekerjaan rumah tangga. Mulailah dari yang ringan seperti menyiapkan alat makan di meja atau membantu Anda menyiram tanaman. Buat kegiatan ini jadi menyenangkan dengan memberinya alat berkebun yang lucu dan menarik untuk menumbuhkan antusiasmenya.
Usia 6-7 tahun, Anda bisa meminta buah hati untuk menyiapkan makan siangnya sendiri. Anda bisa melibatkannya dengan memasak bersama dan beri tugas yang mudah seperti mengatur lauk dan sayur di kotak makan. Jangan lupa untuk memberi pujian agar buah hati Anda tahu kalau pekerjaannya diapresiasi.
Usia 8-9 tahun, Anda bisa melibatkan anak-anak untuk lebih sering berperan dalam kegiatan rumah tangga. Anda bisa meminta mereka untuk membantu mencuci piring dan melipat pakaian yang sudah kering.
Sedangkan pada usia 10-12 tahun, anak-anak pada usia ini umumnya sudah bisa mengenali beberapa tugas kecil. Anda bisa membuat jadwal atau pekerjaan rutin seperti menyapu dan membersihkan kamar mandi. Jangan lupa untuk berterima kasih pada buah hati karena sudah membantu Anda membuat lingkungan rumah yang nyaman.
Pada umumnya usia 13 tahun ke atas, anak-anak pada usia ini mulai tertarik pada banyak hal. Anda bisa memberinya pekerjaan yang sedikit lebih sulit seperti menjaga adik-adiknya atau berbelanja. Kegiatan ini mungkin akan membuat buah hati Anda sedikit kerepotan tapi baik untuk melatih rasa percaya diri juga tanggung jawab.
Bantu Kreativitasnya dengan Menemaninya Bermain
Libur dari kantor dan tidak punya rencana keluar kota? Ini bisa jadi saat yang tepat untuk Anda menghabiskan waktu berkualitas bersama anak-anak di rumah. Jika di hari lain Anda akan sedikit berinteraksi karena terlalu lelah bekerja, manfaatkan waktu luang di rumah sebagai ajang mengikat hubungan orang tua dan anak.
Anda bisa menyusun beberapa kegiatan menyenangkan, salah satunya adalah menemani anak-anak bermain. Tidak perlu rumit dan mahal, Anda bisa memilih beberapa laternatif permainan yang seru dan mudah serta menunjang tumbuh kembang kreatvitas si buah hati.
Anda bisa memilih permainan puzzle untuk melatih anak-anak memecahkan masalah, bermain peran dengan mengandalkan buku dongeng dan membuatnya lebih seru dengan kostum sederhana, atau menggambar bersama yang bisa merangsang imajinasi mereka.
Tak hanya bagi anak, kegiatan semacam ini juga bisa berguna bagi orang tua untuk melepas stres selama penat bekerja. Melibatkan diri dalam dunia anak-anak, selain menyenangkan juga bisa membuka diri anak Anda sehingga Anda bisa lebih jauh memahami kepribadian mereka.
Hindari Menakut-nakuti Anak
Memberi ancaman pada anak-anak agar mereka mau menurut? Meski terlihat efisien, ternyata hal ini kurang tepat untuk dilakukan. Menakut-nakuti anak agar mereka mau patuh pada Anda bisa memberikan dampak negatif.
Menakut-nakuti anak bisa menimbulkan berbagai rasa yang tidak nyaman. Pada bayi berusia di bawah 12 bulan, maka akan memberi mereka rasa tidak aman. Di usia 1-3 tahun, anak yang ditakut-takuti akan tumbuh menjadi sosok penakut sedangkan balita berusia 3-5 tahun cenderung menjadi tegang dan cemas.
Berbeda lagi dampaknya pada anak-anak usia 6-9 tahun yang jika ditakut-takuti akan tumbuh menjadi pribadi yang sulit mengambil keputusan. Hindari juga sikap seperti ini karena jika menakut-nakuti anak di usia 9-12 hanya akan menghambat proses belajar mereka.
Ingat, Orang Tua pun Terkadang Perlu Introspeksi Diri
Seperti yang sudah disinggung sebelumnya, tidak ada orangtua yang sempurna. Anak-anak yang berperilaku buruk, bisa saja meniru sikap orang tua di rumah yang juga tidak Anda sadari.
Jika anak-anak Anda mulai menunjukkan sikap yang buruk, mungkin inilah saat yang tepat bagi Anda untuk bercermin kembali. Apakah mereka berlaku demikian karena pengaruh Anda?
Salah satu yang bisa dilakukan adalah dengan introspeksi diri dan jalin komunikasi yang baik. Tak hanya dengan anak-anak tapi juga pasangan Anda. Komunikasi yang sehat di dalam keluarga bisa menjadi langkah awal untuk mencari solusi atas masalah yang timbul. Mengevaluasi diri bukan hanya menjadi tanggung jawab anak tapi juga orang tua.
Infografik berikut ini bisa Anda cermati untuk menambah informasi. Bahkan, tips-tips lain bisa didapatkan pula di Instagram BP-Guide lho!
Jadilah Orang Tua yang Bijak
Menjadi orang tua memang bukanlah hal yang mudah, ada begitu banyak tantangan yang dijalani saat mendidik anak. Namun, semua tantangan itu baiknya diatasi dengan bijak tanpa perlu membentak bahkan memukul anak. Tindakan kekerasan bukanlah hal yang dibenarkan dalam mendidik anak.