Jajanan Pasar Memiliki Ciri Khas Berbeda di Setiap Daerah
Setiap daerah memiliki kuliner khas masing-masing. Tidak hanya makanan berat, jajanan di berbagai daerah memiliki cita rasa yang enak dan lezat. Meskipun sudah banyak jajanan modern yang dihasilkan pabrik, tapi jajanan pasar tradisional bisa tetap bertahan.
Tentu saja karena cita rasa yang enak dan menarik, jajanan pasar tradisional selalu memiliki penggemarnya sendiri. Tidak jarang, harganya juga lebih terjangkau.
Jajanan Pasar Tradisional Mengandung Filosofi Hidup
Jajanan pasar tradisional diolah dari bahan lokal dan alami. Jarang menggunakan pengawet, pemanis buatan, dan bahan tambahan makanan yang sebenarnya tidak baik untuk kesehatan tubuh.
Jajanan ini perlu diperkenalkan kepada anak-anak dan generasi saat ini agar terus lestari. Jajanan pasar tradisional juga cocok untuk bekal anak-anak sekolah, daripada membawa makanan ringan yang kurang kandungan gizinya dan banyak mengandung bahan sintetik.
Jajanan pasar tradisional juga memiliki filosofi dan kisah menarik tersendiri. Misalnya ada kue klepon yang melambangkan kesederhanaan karena terbuat dari bahan-bahan yang sederhana. Melalui jajanan pasar tradisional, para pendahulu kita mengajarkan filosofi kehidupan.
Jajanan Pasar Tradisional Lebih Sehat dan Murah
Jajanan pasar tradisional, seperti namanya tentu saja masih diolah dengan bahan lokal dan minim bahan tambahan seperti pengawet. Waktu simpannya memang tidak terlalu lama, tapi jajanan ini lebih sehat. Sangat cocok juga untuk kudapan anak-anak.
Harganya juga cenderung lebih murah karena dibuat dengan metode sederhana dan bahan baku yang mudah diperoleh. Keunggulan ini membuat jajanan pasar cocok untuk disajikan di setiap acara. Pilihannya juga sangat beragam. Kamu tinggal membelinya di pasar, di lapak jajanan pasar, atau membeli di toko-toko online.
10 Jajanan Pasar Tradisonal Populer yang Wajib Kamu Coba
Berikut ini rekomendasi jajanan pasar yang populer dan banyak disajikan dalam berbagai acara. Cocok untuk kamu yang sedang bingung memilih kudapan untuk arisan, hajatan atau untuk teman-teman. Cocok juga untuk bekal anak-anak ke sekolah. Karena rasanya yang enak dan tampilannya menarik.
Kue Talam
Kue talam merupakan jajanan pasar tradisional yang bahan utamanya dari tepung terigu, namun ada juga yang menambahkan bahan seperti tepung jagung dan tepung ubi. Bisa juga diganti dengan tepung dari bahan lainnya sesuai dengan kreasi pembuatnya.
Adonan tepung yang telah dibuat, kemudian dikukus hingga mengembang dan matang. Kue talam akan mekar dan memiliki dua warna, biasanya bagian atas berwarna putih dan bagian bawah berwarna hijau. Rasanya manis dan empuk ketika dimakan.
Ditambah dengan rasa gurih dari santan yang menjadi bahan pembuatnya. Kue talam ini termasuk kue basah, jadi tidak bisa disimpan dalam jangka waktu yang lama. Harus segera dihabiskan atau disimpan di dalam kulkas.
Meskipun bisa dijumpai di berbagai tempat di Indonesia, jajanan pasar tradisional kue talam ini sebenarnya berasal dari daerah Betawi. Diperkirakan sudah berumur lebih dari 500 tahun loh.
Kue talam memiliki kata `Kue` di depannya yang berasal dari kata serapan Hokkian `Koe` yang berarti kue tradisional peranakan Tionghoa. Di daerah Sumatera ada kue yang mirip dengan kue talam, disebut dengan kue lumpang dan kue gandus.
Ada beberapa jenis kue talam, diantaranya adalah talam ubi yang dibuat dari tepung beras dengan ubi. Bisa dengan ubi kuning atau ubi ungu.
Ubi yang akan digunakan biasanya dikukus lebih dahulu sebelum dicampurkan ke dalam tepung beras. Warna yang dihasilkan akan menyerupai jenis ubi yang digunakan, kuning atau ungu.
Kedua adalah talam gula merah, seperti namanya, gula merah menjadi salah satu bahan utama yang digunakan. Talam gula merah populer di Padang. Berbentuk persegi dengan warna cokelat di bagian atas dan putih di bagian bawah.
Ketiga adalah talam jagung yang terbuat dari tepung jagung, tepung hunkwe dan agar-agar tanpa rasa. Kue talam jagung berbentuk persegi dengan rasa khas jagung.
Nagasari
Nagasari adalah jajanan pasar tradisional yang biasa dihidangkan saat ada acara pernikahan di masyarakat Jawa. Makanan ini terbuat dari tepung terigu, tepung sagu, tepung beras dan gula. Adonan dibungkus dengan daun pisang dan diberikan isian pisang manis. Kemudian dimasak dengan cara dikukus hingga tekstur adonan menjadi empuk dan kenyal.
Rasanya manis dan gurih cocok untuk segala usia. Ada juga yang menambahkan dengan daun pandan agar lebih harum. Jajanan pasar ini juga bisa untuk mengganjal perut sebelum waktu makan karena mengenyangkan.
Dari berbagai referensi, menyebutkan jika Nagasari berasal dari daerah Indramayu, Jawa Barat. Karena daerah ini terkenal sebagai penghasil beras, sehingga banyak menghasilkan aneka kreasi makanan berbahan beras.
Nama nagasari terdiri dari dua kata, yaitu naga yang berarti hewan legenda serta lembang kehormatan. Sedangkan sari artinya inti atai intisari. Sehingga nagasari dapat diartikan inti dari sesuatu atau benda yang dianggap terhormat.
Makanya, makanan ini sering muncul dalam acara hajatan orang Jawa. Melambangkan kehormatan dari pemilik hajatan. Selain itu, jajanan pasar tradisional nagasari ini juga melambangkan kesederhanaan dan harapan kebaikan bagi pemilik hajat.
Nama nagasari disebut berasal dari dua kata, yaitu naga dan sari. Kata naga dimaksud sebagai hewan legenda yang terkenal dari Cina yang menjadi lambang kehormatan. Sedangkan kata sari berarti isi yang utama dari suatu benda. Sehingga jika digabungkan nama nagasari berarti isi utama dari sebuah benda yang dianggap terhormat.
Nagasari ada beberapa macam jenis yang berbeda, diantaranya adalah nagasari putih tanpa isian, nagasari isi pisang manis, dan nagasari dengan campuran warna alami misalnya daun suji sehingga tampak menarik dan berbeda.
Lopis
Lopis merupakan jajanan pasar tradisional yang berasal dari Jawa Tengah. Lopis biasa disajikan dengan parutan kelapa dan gula jawa di atasnya. Makanan yang terbuat dari ketan ini memiliki rasa yang gurih dan manis jika bercampur gula.
Teksturnya empuk dan lengket karena terbuat dari ketan. Berwarna agak kehijauan yang berasal dari daun pembungkusnya. Lopis dulu berbentuk segitiga, tapi karena proses membungkusnya cukup rumit berkembanglah metode bungkus berbentuk lonjong. Tetapi tetap menggunakan daun sebagai bungkusnya.
Kemungkinan kue lopis sudah ada sejak zaman penjajahan Belanda. Lopis juga bisa ditemui di daerah Padang, Lumajang, dan Jakarta.
Di Padang, lopis masih berbentuk segitiga dan dimakan bersama dengan ketupat Padang. Di Jawa lopis biasa disajikan bersama dengan getuk dan cenil sebagai menu sarapan atau kudapan pagi.
Sebagai kue yang berasal dari masyarakat, lopis juga memiliki makna filosofi. Dipercaya kue ini harapan untuk mempererat persaudaraan, lengket seperti lopis.
Tidak hanya sekadar jajanan, kue ini ternyata memiliki filosofi dibalik pengolahannya yang terbilang mudah. Masyarakat Jawa mempercayai, kudapan berbahan utama ketan dan lengket bila sudah matang di balik daun pisan sebagai bungkusnya memiliki makna rasa erat persaudaraan.
Saat ini lopis juga berkembang mengikuti zaman. Tidak hanya diberikan taburan kelapa dan gula jawa, lopis modern sudah bertoping keju, milo, coklat, dan aneka rasa lainnya. Jajanan pasar tradisional ini menjelma menjadi jajanan yang disukai anak-anak zaman sekarang.
Wajik
Wajik adalah jajanan pasar tradisional yang terbuat dari beras ketan, kelapa dan gula jawa. Teksturnya lengket dan rasanya manis. Wajik biasanya berbentuk segitiga atau kotak, disajikan dalam berbagai acara hajatan dan popular menjadi seserahan masyarakat Jawa. Jajanan ini popular di masyarakat Jawa Tengah dan Jawa Timur.
Konon wajik sudah ada sejak zaman majapahit. Tertulis dalam kitab nawaruci yang merupakan karya sastra yang menggunakan bahasa zaman kejayaan Majapahit. Kitab Nawaruci atau Sang Hyang Tattawajnana ditulis antara tahun 1500-1619 Masehi oleh Empu Siwamurti.
Karya sastra religius ini terpengaruh ajaran mistik Hindu, meskipun Kitab Nawaruci muncul bersamaan dengan menyebarnya agama islam di daerah Jawa Tengah.
Kue wajik memiliki makna tertentu ketika disajikan, terutama dalam acara pernikahan. Teksturnya yang lengket melambangkan harapan agar pengantin selalu bersama dan lengket hingga kakek nenek.
Selain itu, juga mengandung pesan agar kedua mempelai menjalani kehidupan dengan sabar akan rumah tangga tetap harmonis hingga akhir hayat.
Kue wajik juga mengandung pesan agar pengantin selalu sabar dalam membangun dan mengarungi bahtera rumah tangga. Dengan demikian, mereka bisa mendapatkan hasil akhir yang manis.
Kue Lumpur
Kue lumpur cukup mudah dijumpai di lapak penjual jajanan pasar tradisional. Dibuat dari campuran tepung terigu, kentang, telur, vanila dan hiasan kismis di atasnya. Menghasilkan rasa manis, gurih dan teksturnya lembut. Belum pasti darimana kue ini berasal, ada yang menyebut kue lumpur berasal dari Bandung.
Berdasarkan kajian sejarah, kue lumpur ada sejak zaman Portugis saat menjajah Indonesia. Kue lumpur terinspirasi dari kue khas Portugis yang bernama pasteis de nata. Kue ini terbuat dari campuran susu dan kuning telur atau disebut custard.
Ketika orang portugis membuatnya di Indonesia, ada penyesuaian bahan menggunakan bahan lokal. Jadilah kue lumpur dengan bahan tepung, kentang, dan telur.
Ada beberapa jenis kue lumpur, pertama kue lumpur bakar yang tidak menggunakan kentang. Proses memasaknya juga berbeda, dengan cara dibakar sehingga menghasilkan cita rasa yang unik.
Kedua adalah kue lumpur dengan bahan kentang yang biasa kita jumpai. Kue lumpur zaman sekarang juga memiliki banyak variasi bahan, misalnya ditambah keju, coklat, dan ubi.
Kue Putu
Di area perumahan biasa dijumpai pedagang makanan dengan bunyi khas. Mereka yang mendengar pasti tahu kalau itu adalah penjual kue putu bambu. Kue ini berasal dari kebudayaan Tiongkok, pada masa Dinasti Ming.
Awalnya kue ini bernama Xian Roe Xiao Long. Kue berbahan tepung beras dengan isian kacang hijau lembut yang dimasak di dalam cetakan bambu. Nama putu diambil dari serat Centhini yang ditulis pada 1814, ketika kerajaan Mataram masih berjaya.
Kue XianRoe Xiao Long diadaptasi di nusantara menjadi kue dengan isian gula. Di dalam Serat Centhini disebutkan bahwa dulu ada seorang Ki Bayi Panurta yang meminta para santrinya untuk menyiapkan makanan pagi dan minta untuk ditambahkan makanan pendamping berupa serabi dan putu.
Kue putu tersebar ke nusantara melalui orang Jawa Timur yang merantau dan memperkenalkan kue ini di wilayah lain. Ada juga yang membuat kepanjangan dari kata putu, yaitu Pencari Uang Tenaga Uap. Nah, pernah tidak sih kamu menjumpai penjual kue putu di daerahmu?
Getuk
Gethuk adalah jajanan pasar tradisional yang berasal dari magelang, Jawa Tengah. Hingga saat ini, gethuk menjadi oleh-oleh khas dari kota Magelang. Rasanya gurih dan manis, cocok dimakan bersama teh atau minuman hangat lainnya dipagi hari. gethuk disajikan dengan parutan kelapa atau gula.
Menurut sejarahnya, gethuk ada sejak masa penjajahan Jepang. Karena beras sebagai makanan pokok langka, masyarakat Magelang menanam singkong. Singkong diolah menjadi berbagai jenis makanan, salah satunya gethuk. Jajanan ini enak sekaligus mengenyangkan, sehingga bisa menjadi makanan pengganti beras.
Getuk yang terbuat dari singkong memiliki makna kesederhanaan. Makanan ringan ini mengajarkan kita agar mensyukuri apa yang masih kita miliki dan bisa berinovasi dengan apa yang ada di sekitar. Seperti masyarakat Magelang yang membuat inovasi getuk dari singkong pada zaman dahulu.
Ada dua jenis gethuk yang biasa dijual di pasaran, pertama ada getuk lindri. Asal usul nama getuk lindri diambil dari alat penggulung untuk membuat getuk. Adonan akan dicetak menjadi gulungan panjang menggunakan alat yang disebut lindri. Baru kemudian dipotong-potong dan disajikan dengan taburan kelapa parut.
Kedua adalah getuk kurung yang merupakan hasil kreasi pedagang asal Klaten. Kelebihan getuk kurung adalah pilihan rasa yang beragam. Ada rasa cokelat, selai nanas, dan berbagai isian lainnya.
Kue Mendut
Jajanan pasar tradisional mendut berasal dari Jawa. Mengingatkan kita pada tokoh Rara Mendut. Jajanan ini terbuat dari tepung ketan dengan isian gula jawa di dalamnya. Bagian luar dilumuri dengan santan kental. Menghasilkan rasa manis, gurih dan lembut di mulut.
Bungkusnya masih tradisional menggunakan daun pisang, memberikan aroma khas yang menambah cita rasa. Mendut adalah makanan yang berasal dari Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah. Agar lebih menarik biasanya diberi warna merah dan hijau. Bentuknya bulat seperti klepon sehingga mudah untuk dimakan sekali lahap.
Warna yang digunakan untuk membuat mendut ternyata ada maknanya loh. Warna merah melambangkan keberanian, hijau melambangkan kedamaian dan alami. Sedangkan saus santannya yang berwarna putih melambangkan kesucian.
Makanan ini mengingatkan kita untuk hidup dengan berani, selaras dengan alam dan menjaga kesucian diri atau hati. Dahulu makanan ini sering menjadi kudapan pada acara lamaran dan pernikahan, namun seiring berkembangnya makanan modern, keberadaan mendut mulai langka. Tidak semua penjual jajanan pasar menjual mendut.
Lemper
Zaman dahulu, lemper diisi dengan kelapa goreng karena lebih murah daripada daging ayam atau abon. Sekarang, karena lemper lebih sering berisi daging ayam cincang.
Jajanan pasar tradisional yang dibuat dari beras ketan ini masih sering kita jumpai menjadi kudapan dalam berbagai acara. Selain untuk camilan, lemper bisa menjadi pengganjal perut karena cukup mengenyangkan.
Lemper dibungkus menggunakan daun pisang. Berdasarkan metode pembuatannya, lemper dibedakan menjadi dua jenis, yaitu lemper bakar dan kukus. Masing-masing metode memberikan rasa khas yang berbeda.
Tidak ada sumber yang mengatakan darimana asal makanan ini, namun lemper banyak dijumpai di daerah Jawa khususnya di Yogyakarta, Jawa Tengah, Jawa Timur. Lemper biasa disajikan di dalam box untuk acara tertentu seperti selamatan, pengajian, ataupun acara lainnya.
Leper mengandung filosofi berupa petuah. Lemper merupakan singkatan dari "yen dilem, ojo memper". Bila diartikan ke dalam bahasa Indonesia menjadi "yen dilem artinya bila disanjung" dan "ojo memper artinya jangan takabur".
Arti lengkapnya adalah jangan sombong jika mendapatkan sanjungan atau pujian, tetap rendah hati. Di Desa Wonokromo, Kecamatan Pleret, Kabupaten Bantul masyarakatnya masih mengadakan kirab lemper raksasa dengan panjang 2,5 meter serta berdiameter 0,5 meter. Dibarengi dengan lemper ukuran normal yang dibawa oleh warga.
Ternyata kirab ini merupakan tradisi untuk mengingat kebaikan dari salah satu tokoh yang dianggap berjasa dalam menyelamatkan masyarakat dari pageblug. Sebelum kirab, lemper didoakan baru kemudian dibagikan kepada masyarakat.
Klepon
Klepon merupakan jajan pasar tradisional yang masih banyak dijumpai. Terbuat dari tepung ketan dengan isian gula jawa. Bagian luar ditaburi dengan kelapa parut.
Jika digigit gula di bagian dalam bisa muncrat, jadi disarankan dimakan sekaligus. Manisnya gula jawa yang lumer di mulut berpadu dengan gurih klepon dan kelapa, membuat jajanan pasar tradisional satu ini masih disukai banyak orang.
Dalam buku Indisch leven in Nederland karya J. M. Meulenhoff, tertulis bahwa klepon sudah ada sejak tahun 1950-an. Konon kue ini diperkenalkan pertama kali di Belanda oleh seorang imigran Indonesia yang berasal Pasuruan, Jawa Timur. Saat itu, klepon tersedia di toko dan restoran Indonesia-Belanda dan etnis Tionghoa.
Asal nama Klepon diambil dari bahasa Jawa yang berarti "indung telur hewan". Penamaan ini merujuk pada bentuk klepon yang bulat. Biasanya jajanan satu ini dijual bersama dengan getuk dan cenil.
Orang-orang Jawa biasanya menyajikan klepon bersama kue tradisional lainnya seperti getuk dan cenil.
Makna dari klepon adalah ajaran kesederhanaan. Klepon dibuat dari bahan yang sederhana dan dimasak dengan cara yang sederhana juga. Kesederhanaan merupakan salah satu laku hidup penting yang harus dimiliki semua orang. Karena jika hanya menuruti keinginan dan nafsu tidak akan ada habisnya dan menyusahkan diri sendiri.
Sedangkan, warna hijau pada klepon yang berasal dari daun pandan mempunyai makna, yaitu kesejahteraan dan kesuburan. Maka dari itu, klepon biasa hadir saat acara syukuran.
Sebutan klepon di berbagai daerah ternyata berbeda-beda. Sumatera dan Malaysia, menyebut jajanan pasar ini dengan nama Onde-onde. Padahal di Jawa Onde-onde adalah jajanan yang berbeda.
Bali juga punya kue serupa klepon disebut Jaja klepon dengan bentuk yang sedikit berbeda. Di Lombok klepon disebut dengan Kecerit (muncrat), sedangkan Medan menyebut klepon dengan nama Melaka.
Jajanan Pasar Tradisional Tidak Kalah dengan Snack Luar Negeri Loh
Rasa yang khas dari jajanan pasar ini memberikan kerinduan tersendiri, apalagi jika Anda akan bepergian ke luar negeri. Sebenarnya, masih banyak lagi jenis jajanan pasar yang bisa Anda nikmati, namun BP-Guide memberikan kesepuluh rekomendasi ini agar Anda bisa mencoba dari yang paling enak dan populer. Yuk, segera cari jajanan pasar tradisional favoritmu!