Serba Serbi 12 Tradisi Ramadhan Unik Yang Hanya Ada Di Indonesia (2023)

Serba Serbi 12 Tradisi Ramadhan Unik Yang Hanya Ada Di Indonesia (2023)

Bulan ramadhan tentunya membawa berkah bagi seluruh umat muslim di dunia termasuk bagi masyarakat Indonesia. Oleh sebab itu, tradisi-tradisi menyambut ramadhan berikut ini tak pernah dilewatkan oleh masyarakat. Simak tradisi ramadhan unik yang dirangkum BP-Guide berikut ini!

Baca juga

Umat Muslim Di Seluruh Dunia Menjalankan Ibadah Puasa Di Bulan Ramadhan

Sumber gambar lainfo.es

Marhaban ya Ramadhan, bulan penuh berkah dan suci untuk semua pemeluk agama Islam di dunia. Pada bulan ini, selama satu bulan penuh, umat Islam melaksanakan ibadah puasa. Ibadah puasa dilaksanakan dari mulai matahari terbit, sampai matahari terbenam.

Tidak hanya puasa, bulan Ramadhan juga biasa diwarnai dengan pelaksanaan ibadah shalat taraweh, tadarus dan juga ibadah lainnya yang pahalanya berlipat ganda. Ibadah tersebut selain menghasilkan pahala yang berlipat, juga meningkatkan silaturahmi antar manusia. Itulah kenapa bulan suci ini selalu ditunggu.

Berkah di bulan Ramadhan juga hadir pada penjual takjil, pakaian muslim, jilbab dan lain-lain sebagainya. Indonesia termasuk salah satu negara yang sangat menunggu datangnya bulan ini, karena mayoritas penduduk Indonesia adalah beragama Islam.

Keistimewaan Dan Keutamaan Bulan Suci Ramadhan

Sumber gambar www.readme.ae

Bagi umat Islam, bulan Ramadhan memberi banyak berkah dan sangat spesial. Pertama, tentu karena ada ibadah puasa yang menjadikan muslim dapat membina dirinya menjadi pribadi yang lebih baik dan dapat menghindari diri dari perbuatan yang buruk. Puasa juga memberi kemampuan bagi muslim untuk meninggikan derajat diri, juga memberi motivasi bagi diri untuk menjadi hamba Allah yang berbakti dan tentunya lebih dekat.

Masih ada keistimewaan dari bulan Ramadhan lainnya. Antara lain, fakta bahwa kitab suci umat Islam, Al Quran diturunkan pada bulan Ramadhan. Tepatnya, pada tanggal 17 Ramadhan. Momentum istimewa tersebut selalu diperingati dengan menggelar tadarus atau baca Al Quran bersama-sama di masjid atau di rumah masing-masing, sampai menjelang sahur.

Selain itu, dari beberapa sumber disebutkan bahwa doa yang diucapkan oleh seorang muslim yang berpuasa pada bulan Ramadhan akan dengan cepat dikabulkan. Seperti yang diketahui, dari hadits Rasulullah SAW yang dirawi oleh Baihaqi, disebutkan Rasulullah seperti diriwayatkan Abu Hurairah menyatakan bahwa ada tiga golongan orang yang dikabulkan doanya atau doa mustajab, antara lain musafir atau orang yang bepergian, orang yang teraniaya dan orang yang berpuasa.

Sedangkan hadits lain menyebutkan bahwa ada tiga golongan orang yang doanya tidak ditolak, yakni orang yang berpuasa, pemimpin yang adil dan doa orang yang dizholimi.

Selain itu, pada bulan Ramadhan, Tuhan SWT memberikan pengampunan dosa pada umatnya. Jadi, dengan melakukan syariat Islam pada bulan Ramadhan, maka akan dihapuskan dosa-dosa seorang umat oleh Tuhan.

Tambahan lagi, pada bulan Ramadhan akan ada satu malam yang lebih baik dari pada seribu bulan, yang disebut malam Lailatur Qadar. Pada malam ini, keistimewaan yang diberikan antara lain doa dikabulkan, takdir pada tahun itu ditentukan, juga pintu langit dibukakan, sehingga bisa menghindarkan umat dari siksa neraka dan mendekatkan umat pada surga. Malam ini disebut-sebut berada pada 10 hari malam terakhir, dengan ciri khas langit cerah hingga pagi juga ada banyak kemuliaan yang dilimpahkan Tuhan pada malam itu.

Masih ada kelebihan lain dari bulan Ramadhan. Saat bulan Ramadhan tiba, maka saat itu juga pintu neraka ditutup serapat-rapatnya, dan pintu surga dibuka selebar-lebarnya. Setan-setan juga dibelenggu selama satu bulan penuh, dengan tujuan agar manusia dapat lebih mendekatkan diri ke Allah selama satu bulan penuh.

Tradisi unik Ramadhan 2019 yang hanya ada di Indonesia

Sumber gambar simomot.com

Indonesia didominasi oleh pemeluk Islam, tentu saja menyambut Ramadhan dengan gembira. Oleh karena itu, ada banyak tradisi menyambut Ramadhan yang dilakukan di Indonesia, karena bulan ini sangat dinanti-nanti oleh seluruh umat Islam.

Tradisi unik yang digelar di Indonesia sudah diwariskan secara turun temurun. Saat ini, budaya tersebut terus dipertahankan karena merupakan warisan bangsa yang tidak ternilai harganya. Bahkan, semakin hari, budaya tersebut terus dibalut dengan moderenisasi yang menjadikan tradisi tersebut semakin inovatif dan menarik. Ada beberapa daerah yang pemerintahnya mendukung tradisi tersebut dan membungkusnya dalam even yang menarik.

Selain itu, keragaman budaya Indonesia menjadikan budaya tersebut menjadi lebih menarik dan variatif. Dari Sabang sampai Merauke memiliki ciri khas sendiri dalam merayakan kedatangan Ramadhan. Ada yang mandi untuk menyucikan diri, ada yang memukul bedug dan pawai obor, juga beberapa jenis tradisi lainnya.

Penasaran apa saja tradisi unik menyambut Ramadhan, simak dalam tulisan BP-Guide di bawah ini :

Nyadran

Sumber gambar www.aktual.com

Nyadran merupakan tradisi menyambut Ramadhan dari wilayah Jawa Tengah dan Yogyakarta. Kata Nyadran berasal dari kata Sraddha yang berarti keyakinan. Kegiatan ini diwarnai dengan rangkaian upacara dengan cara membersihkan makam, tabur bunga dan acara selamatan atau bancakan.

Dalam hitungan kalender Jawa, bulan Ramadhan adalah bulan Ruwah. Itulah kenapa, di daerah Jawa dan sekitarnya, kegiatan acara selamatan menjelang masuknya bulan Ramadhan disebut juga dengan acara Ruwahan.

Dalam acara ini, tuan rumah akan menyajikan menu tradisional khas daerah tersebut. Setiap daerah, seperti Banyumas, Yogyakarta, Semarang dan sekitarnya memiliki cara yang berbeda dalam menunjukkan rasa syukur datang kembalinya bulan Ramadhan dengan menu yang berbeda-beda dalam menggelar acara Nyadran.

Salah satu kegiatan khas dalam rangkaian Nyadran adalah mengunjungi areal makam leluhur dengan membawa "sadranan" atau sajian nasi dengan lauk pauk, ikan asin, kerupuk, peyek dan lain-lain di dalam keranjang. Kemudian, sadranan tersebut ditinggalkan di lokasi areal makam, berikut sedikit uang untuk keperluan pemeliharaan areal tersebut.

Selanjutnya, bingkisan sadranan tersebut dibagi-bagikan pada anak kecil dan fakir miskin yang dari awal sudah menunggu di luar lokasi Nyadran. Data yang BP-Guide himpun, Nyadran ini bertujuan untuk memberikan pencerahan pada setiap manusia, bahwa setiap manusia itu sama di mata Tuhan. Selain itu, acara ini juga biasanya dilakukan pada tanggal 10 Rajab, atau 15, 20 dan 23 Ruwah atau Sya'ban.

Dugderan

Sumber gambar beritajateng.net

Ada juga tradisi unik menyambut Ramadhan yang digelar di Kota Semarang, Jawa Tengah. Acara tersebut adalah Dugderan. Acara ini berisi pawai yang diikuti oleh sejumlah peserta pawai, mulai dari pasukan pengibar bendera merah putih, drum band, serta peserta yang menggunakan pakaian adat dari berbagai daerah. Lebih unik lagi, ada juga yang membawa meriam, warak ngendok serta beberapa peserta yang menunjukkan atraksi kesenian. Acara tersebut dilakukan pada satu hari sebelum bulan puasa pada setiap tahunnya.

Acara berlangsung sampai malam, di mana ada pasar malam yang menjual berbagai mainan dan kuliner. Nah, ada satu mainan yang menarik yakni Warak Ngendok yang juga tadi BP-Guide sebutkan sebagai pertunjukan dalam pawai Dugderan. Ada yang tahu apa itu Warak Ngendok?

Bila Anda orang Semarang, tentu sudah familiar dengan Warak Ngendok ini. Bagi Anda yang masih belum tahu apa itu Warak Ngendok, berikut penjelasannya.

Warak Ngendok salah satu hewan yang ada dalam mitologi daerah Semarang dan sekitarnya. Bisa dibilang, Warak Ngendok adalah hewan imajiner, yang dikenalkan lewat dongeng dan sebagainya. Bentuknya aneh, kepalanya seperti kepala naga, kakinya mirip kaki kambing dan tubuhnya memiliki punuk seperti unta.

Sudah terbayang belum bagaimana bentuk dari Warak Ngendok ini? Nah, Warak Ngendok ini selalu dikaitkan dengan kegiatan Dugderan di Semarang. Tapi, belakangan Warak Ngendok juga menjadi ikon Kota Semarang loh.

Meugang

Sumber gambar www.pegipegi.com

Ada juga tradisi unik menyambut Ramadhan di negeri serambi Mekah, Aceh. Kegiatan tersebut diberi nama Meugang, yang digelar 2 hari sebelum ramadhan. Meugang sudah digelar sejak zaman kerajaan Aceh dipimpin oleh Sultan Iskandar Muda, yakni sekitar 400 tahun yang lalu.

Kegiatan ini ditandai dengan warga yang bersama-sama membeli sapi atau kerbau yang kemudian disembelih, dimasak dan dimakan bersama-sama. Hal itu dilakukan untuk meningkatkan silaturahmi antar warga, juga menunjukkan rasa syukur menyambut datangnya bulan suci Ramadhan.

Warga Aceh diperantauan tidak boleh mengirim uang untuk membeli sapi pada saat Meugang. Tapi, mereka harus pulang, lalu membeli sendiri sapi untuk dimakan bersama-sama. Jadi, hari Meugang tanpa makan daging di Aceh, rasanya tidak lengkap.

Bila ada yang fakir miskin di satu desa sehingga tidak mampu membeli daging, maka kepala desanya akan mengumpulkan uang dari sumbangan sukarela warga yang mampu. Agar warga yang miskin tersebut semuanya bisa makan daging.

Istilah Meugang tersebut berasal dari kalimat bahasa Acehyakni "Makmu That Gang Nyan" yang artinya Makmur sekali pasar itu. Jadi, kegiatan tersebut meningkatkan silaturahmi, sehingga sekat antara setiap warga, juga antara yang miskin dan yang kaya menjadi hilang pada saat itu.

Perlon Unggahan

Sumber gambar travel.tribunnews.com

Tradisi unik selanjutnya berasal dari Desa Pekuncen, Jatilawang, Banyumas, Jawa Timur. Tradisi yang diberi nama Perlon Unggahan ini merupakan rangkaian acara yang dimulai dari ziarah ke makam Bonokeling. Uniknya, ziarah tersebut dilakukan dengan menjinjing ambeng atau makanan tradisional yang ada serundeng sapi dan sayur berkuah. Selain itu, waktu ziarah ke makam Bonokeling juga dilakukan tanpa menggunakan alas kaki, loh.

Serundeng sapi tersebut harus disajikan oleh lelaki dewasa. Jumlahnya bisa 12 orang, atau disesuaikan dengan jumlah sapi yang dipotong. Nantinya, serundeng sapi ini akan diperebutkan oleh warga karena dipercaya membawa keberkahan.

Malamang

Sumber gambar cesarzc.wordpress.com

Malamang adalah tradisi unik menjelang bulan Ramadhan yang digelar atau dilakukan oleh kaum ibu-ibu. Tradisi ini digelar dengan cara bergotongroyong membuat nasi lemang yang diletakkan di ruas bambu yang sudah dipotong-potong. Lalu, setelah jadi, makanan tersebut diantarkan ke rumah mertuanya masing-masing sambil memohon maaf.

Acara ini biasanya digelar pada dua hari sebelum Ramadhan. Kata Malamang tersebut berarti "membuat Lemang". Lemang adalah beras ketan putih yang dicampur dengan santan, yang kemudian dimasukkan ke bambu lalu dialas dengan daun pisang lalu dipanggang di atas bara api. Lamang tersebut disajikan bersama dengan Tapai yang dibuat dari beras ketan hitam yang difermentasikan.

Tradisi ini lahir di daerah Pariaman, Sumatera Barat. Pertama kali, Syekh Burhanuddin, seorang ulama yang menyiarkan agama Islam di Pariaman yang mengenalkan tradisi ini. Awalnya, dia yang berkunjung ke rumah warga, selalu disuguhi beragam jenis makanan. Namun, karena ia ingin kehalalan makanan tersebut terjaga, ia menyarankan agar warga tersebut membuat Lemang dengan bambu untuk disajikan.

Balimau

Sumber gambar www.wego.co.id

Ada lagi tradisi unik dari ranah Minangkabau, yakni Balimau. Tradisi Balimau adalah tradisi mandi dengan air limau atau jeruk nipis. Dulu, mandi dengan jeruk nipis bagi orang Minang tujuannya sama dengan mandi dengan sabun, yakni untuk membersihkan sebenar-benarnya diri lahir dan batin agar bisa menyambut bulan Ramadhan dengan bersih dan suci. Tradisi tersebut sudah dilakukan dari zaman penjajahan kolonial Belanda, loh atau sekitar abad ke 19.

Tradisi ini adalah asimilasi budaya Hindu dengan Islam. Jadi, sejak masih ada kerajaan Muara Takus yang menguasai daerah Minang dan Kampar, tradisi tersebut sudah mulai dilakukan. Selanjutnya, ketika Islam masuk ke Indonesia, tradisi tersebut tetap dilestarikan, dan dilakukan menjelang bulan Ramadhan.

Di beberapa tempat, istilah Balimau juga dikenal dengan nama Bakasai, atau Balimau Kasai dan Potang Mamogang. Istilah Potang Mamogang dikarenakan tradisi tersebut dilakukan pada waktu petang.

Kirab Dandhangan

Sumber gambar www.antaranews.com

Dandangan merupakan tradisi menyambut Ramadhan yang digelar di Kudus, Jawa Tengah. Acara ini biasanya dipusatkan di Masjid Agung Kudus. Kata Dandangan diambil dari suara bedug yang menurut masyarakat sekitar Kudus berbunyi "Dangdang".

Penabuhan bedug tersebut dianggap sebagai penanda awal bulan puasa. Sejarahnya berawal dari ketika Sunan Kudus, seorang wali penyebar agama Islam di Kudus menabuh bedug sebagai tanda awal Ramadhan. Saat itu, murid-muridnya ramai berkunjung ke masjid tersebut untuk menunggu keputusan Sunan Kudus tentang kapan mulainya bulan Ramadhan tersebut.

Karena ramai, akhirnya banyak pedagang yang berkumpul di sekitar masjid. Kejadian tersebut yang diperingati sebagai kegiatan Dandangan dengan adanya pasar malam di sekitar masjid Kudus.

Acara ini juga disebut Kirab Dandangan. Rangkaian acara dimulai dengan berjalan mengitari alun-alun kota hingga ke pendopo kabupaten sepanjang 1 kilometer. Selanjutnya, di pendopo kabupaten, para peserta menunjukkan atraksi, pertunjukan seni dan lain-lainnya di depan bupati setempat beserta jajarannya.

Nyorog

Sumber gambar opini.id

Betawi juga punya tradisi unik menyambut bulan Ramadhan. Tradisi tersebut diberi nama Nyorog. Kegiatan Nyorog ditandai dengan pemberian bingkisan dari setiap rumah ke keluarga atau tetangganya. Bingkisan tersebut berupa makanan khas Betawi yang disebut sayur gabung pucung.

Gabus Pucung adalah ikan gabus yang digoreng yang kemudian digabungkan dengan berbagai macam rempah-rempah seperti cabe, jahe, kunyit dan lain-lain. Kemudian, Gabus Pucung tersebut diberikan pada tetangga atau keluarga, biasanya dari yang berusia lebih muda kepada yang berusia lebih tua. Kegiatan ini bertujuan untuk saling mengingatkan, juga meningkatkan tali silaturahmi antar masyarakat. Kegiatan tersebut juga menjadi penanda akan masuknya bulan Ramadhan.

Sayangnya, tradisi ini sekarang sudah mulai terlupakan. Anda akan sulit menemukan tradisi tersebut di daerah Jakarta dan sekitarnya. Apalagi masakan Gabus Pucung, juga amat sulit ditemukan. Ada baiknya, bila Anda adalah orang Betawi untuk kembali menghidupkan tradisi yang sudah lama terlupakan ini.

Gebyar Ki Aji Tunggal

Sumber gambar rlisafmjepara.com

Gebyar Ki Aji Tunggal adalah tradisi unik menjelang Bulan Ramadhan yang digelar di Desa Karangaji, Kedung, Jepara, Jawa Tengah. Tradisi ini berupa pawai atau karnaval yang ditujukan untuk mengingatkan warga agar lebih bersiap memasuki bulan suci Ramadhan. Kegiatan ini juga ditujukan juga untuk meningkatkan syiar Islam di daerah tersebut.

Kegiatan ini mendapat apresiasi dari Pemerintah Kabupaten Jepara, loh. Karena itu, tradisi ini terus dijaga selama turun temurun, sebab memberi nilai positif pada masyarakat. Masyarakat desa tersebut menggelar kegiatan ini untuk mengungkapkan rasa syukur dan berterima kasih pada pendahulu yang dengan sabar dan telaten menyiarkan agama Islam di daerah tersebut.

Selain itu, kegiatan ini juga ditujukan untuk memberi peringatan pada warga agar menjauhi perbuatan maksiat. Terlebih di bulan Ramadhan, agar dapat terus menjaga kesucian di bulan tersebut.

Megibung

Tradisi unik menyambut lebaran juga ada di Bali, loh. Memang Bali mayoritas adalah pemeluk Hindu, tetapi ada satu kampung yang mayoritas umat Islam, yakni Kampung Islam Kepaon, Karangasem, Bali. Di kampung tersebut ada tradisi yang bernama Megibung, yakni tradisi makan bersama dalam satu jamuan dengan total peserta mulai dari 4 sampai 7 orang.

Tradisi ini digelar pada hari ke 10, 20 dan 30 Ramadhan. Tradisi ini bernama Megibung, berasal dari kata Gibung yang berarti berbagi. Jadi, kegiatan ini ditujukan untuk membuat umat Islam di Bali dapat saling berbagi dan mengasihi sesama.

Tradisi ini sudah dimulai sejak abad ke 17, saat itu Raja Karangasem yang memperkenalkannya. Tidak hanya umat Islam, tapi umat Hindu juga menggelar kegiatan ini. Dimulai dari zaman penjajahan Belanda, sehingga diperlukan adanya kegiatan yang dapat menyatukan warga. Saat itu, kegiatan Megibung dilakukan.

Selain itu, kegiatan ini sekarang sudah bertujuan untuk meningkatkan toleransi, sebab tidak hanya umat Islam saja, melainkan yang berbeda agama juga duduk bersama untuk menggelar kegiatan ini.

Biasanya, menu yang disajikan adalah ayam bakar, sate lilit Bali, ikan asin dan sambal terasi, bersama tahu tempe dan tentunya nasi putih.

Malam Selawe

Selawe dalam bahasa Jawa berarti 25. Dengan demikian, malam selawe bisa diartikan sebagai malam keduapuluhlima. Nah, tradisi malam selawe ini berasal dari Gresik yang digelar pada malam ke 25 Ramadhan.

Dalam kegiatan ini, digelar Shalat Tasbih yang ditujukan untuk meningkatkan ketaqwaan diri. Sebelumnya, para peserta Malam Selawe akan melakukan ziarah ke makam Sunan Giri, salah seorang wali besar yang berjasa menyebarkan agama Islam di daerah tersebut. Bahkan, peziarah juga tidak hanya dari Gresik loh, juga datang dari berbagai wilayah lain di Indonesia.

Seperti kegiatan lainnya yang ramai dikunjungi, maka akan ada banyak pedagang yang berjualan di sekitar itu. Jadi, remaja, anak-anak hingga dewasa banyak juga yang berjalan-jalan sambil cuci mata, atau bahkan berbelanja di lokasi tersebut.

Tradisi ini dilakukan karena malam ke-25 dipercaya warga setempat sebagai malam lailatur Qadar, atau malam yang mulia, istimewa dan lebih baik dari seribu bulan. Jadi, beribadah di malam tersebut, nilai pahalanya sama dengan beribadah selama 83 tahun lebih, loh.

Malam lailatur qadar disebut-sebut jatuh pada malam dengan angka ganjil, pada 10 hari terakhir ramadhan. Oleh karena itu, banyak yang percaya pada malam ke-25, malam yang dinanti tersebut akan tiba.

Megengan

Acara Megengan di gelar di Alun-alun Kabupaten Demak, Jawa Tengah. Megengan diartikan sebagai menahan, sebagai simbol dari bulan ramadhan, dimana umat muslim akan menahan diri dari godaan dan nafsu. Oleh karena itu, acara megengan digelar menjelang atau sehari sebelum bulan ramadhan tiba.

Acara ini ditandai dengan adanya hiburan kesenian rakyat, juga dagangan kuliner dan barang-barang lainnya di sekitar alun-alun Demak. Hal tersebut dilakukan untuk menunjukkan rasa gegap gempita menyambut bulan suci yang sangat dinantikan oleh seluruh umat muslim.

Megengan juga mendapat dukungan dari pemerintah setempat. Jadi, tradisi ini dapat bertahan dan terus dilakukan setiap tahunnya. Kegiatan ini awalnya dilakukan oleh warga kampung nelayan di Pati, Demak untuk menunjukkan rasa bahagia menyambut Ramadhan. Dimulai dari Sunan Kalijaga, salah seorang wali yang menyebarkan agama Islam di daerah tersebut.

Awalnya, kegiatan ini ditujukan untuk meningkatkan syiar Islam di daerah itu. Selanjutnya, acara ini juga berhasil meningkatkan silaturahmi warga. Dalam acara ini, warga akan saling maaf-memaafkan, agar bulan suci dilalui tanpa masalah dan saling rukun.

Baca juga
From our editorial team

Ramadhan Tak lengkap Tanpa Tradisi Unik

Ramadhan adalah bukan penuh berkah bagi umat muslim di seluruh dunia tak terkecuali bagi masyarakat Indonesia. Sebagai negara dengan jumlah penganut islam terbesar di dunia, Indonesia tentu punya banyak tradisi unik menyambut ramadhan. Tradisi tersebut sengaja dilakukan untuk menyambut bulan suci dan berharap mendapatkan banyak berkah di bulan ini. Kira-kira tradisi mana yang sering kamu lakukan di daerahmu?