2 Rekomendasi Nose Reshaping di Yogyakarta untuk Mempercantik Hidung (2023)

Nose reshaping atau membentuk kembali hidung dapat dilakukan dengan operasi hidung. Operasi ini dilakukan pada hidung, baik itu pada bagian luar hidung ataupun bagian dalam hidung.

Tujuan prosedur ini bisa berbeda-beda, misalnya untuk mengatasi masalah pernapasan tertentu, sekedar memperbaiki bentuk hidung hingga memperbaiki cacat hidung yang diakibatkan cacat lahir atau cedera.

Seorang individu bisa memiliki lebih dari satu alasan untuk melakukan operasi hidung. Sebelum memutuskan untuk menjalani tindakan operasi, Anda harus berkonsultasi dengan dokter spesialis terlebih dahulu.

Ada beberapa hal yang perlu Anda ketahui seputar operasi hidung yang akan dijelaskan oleh BP-Guide. Akan diberikan juga beberapa rekomendasi klinik estetika atau rumah sakit yang menyediakan layanan prosedur nose reshaping di Yogyakarta.

Terdapat beberapa jenis operasi hidung yang perlu Anda ketahui. Jenis operasi hidung yang pertama adalah Rhinoplasty yang merupakan tindakan operasi untuk memperbaiki penampilan hidung.

Ini merupakan prosedur pembentukan tulang hidung yang dilakukan dengan mengubah tulang dan tulang rawan hidung untuk meningkatkan penampilannya. Rhinoplasty terbagi menjadi empat macam, yaitu reduksi rhinoplasty, augmentasi rhinoplasty, rhinoplasty pasca-trauma dan rhinoplasty korektif.

Reduksi rhinoplasty bertujuan untuk mengurangi ukuran hidung, ini dilakukan dengan membuang tulang rawan dari hidung.

Augmentasi rhinoplasty bertujuan untuk meningkatkan proporsi umum dari hidung yang dilakukan untuk orang yang hidungnya terlalu kecil karena faktor genetik yang unik atau cedera akibat tulang rawan sudah rusak.

Rhinoplasty pasca-trauma merupakan prosedur yang dilakukan kepada orang yang pernah mengalami cedera atau mengalami kecelakaan yang merusak hidungnya, seperti patah tulang, tulang rawan rusak, perubahan pada hidung yang terlihat dari luar, septum menyimpang dan kesulitan bernapas.

Lalu rhinoplasty korektif yang dikenal juga sebagai operasi hidung rekonstruktif, umumnya tindakan operasi ini direkomendasikan ketika operasi hidung kosmetik awal gagal memberikan hasil yang diinginkan.

Hal ini tentunya mencakup operasi reduksi atau augmentasi yang prosedurnya sangat kompleks, sehingga pasien kemungkinan harus menjalani beberapa operasi. Jenis operasi hidung yang kedua adalah septoplasty yang merupakan tindakan operasi koreksi septum hidung yang menyimpang.

Septum adalah struktur yang terbuat dari tulang dan tulang rawan yang letaknya berada di bagian tengah hidung yang memisahkan kedua rongga hidung. Saat septum yang menyimpang, maka bisa membuat orang mengalami hidung tersumbat.

Penyimpangan septum ini bisa disebabkan karena cedera atau trauma pada hidung atau mungkin ada sejak lahir. Struktur tersebut dapat bergerak ke satu sisi hidung dan secara signifikan menghalangi aliran udara yang masuk ke dalam hidung.

Untuk septoplasty, operasi yang dilakukan oleh dokter ahli bedah dengan menghilangkan potongan tulang atau tulang rawan ekstra atau hanya memindahkan septum yang menyimpang ke posisi yang sesuai.

Terkadang pasien dengan bibir sumbing juga bisa menjalani prosedur ini jika kondisinya mengganggu area hidung. Jenis operasi hidung yang ketiga adalah rhinoseptoplasty. Ini merupakan tindakan operasi yang dilakukan pada hidung bagian luar dan septum hidung.

Prosedur ini lebih rumit dibandingkan dengan operasi hidung lainnya. Karena operasi ini adalah gabungan dari rhinoplasty dan septoplasty. Oleh karena itu, prosedur operasi ini mencakup perbaikan septum yang bengkok dan mengubah penampilan hidung.

Operasi ini bisa dilakukan bagi orang yang mengalami skoliosis di bagian hidung, hidung pelana atau penyimpanan septum hidung, dan hidung bengkok. Jenis operasi hidung yang keempat adalah reduksi konka.

Konka adalah struktur tulang kecil yang terdapat di dalam hidung. Fungsinya untuk melembapkan dan juga membersihkan udara yang masuk ke rongga hidung. Struktur tulang ini bisa membengkak akibat alergi, iritasi atau infeksi dan menyebabkan sumbatan hidung serta produksi lendir.

Dalam mengatasi masalah tersebut, maka bisa diatasi dengan melakukan operasi reduksi konka. Operasi ini dilakukan dengan menggunakan bantuan frekuensi radio yang ditransmisikan melalui alat seperti jarum di dalam hidung agar konka bisa dikurangi. Hal ini memungkinkan pasien dapat pulih secara lebih cepat tanpa merasa sakit.

Setelah Anda berkonsultasi dan dinyatakan bisa melakukan operasi hidung serta setuju dengan hasil juga risiko, maka selanjutnya adalah prosedur operasi hidung. Umumnya operasi hidung berbeda-beda tergantung dari jenis kasus yang ditangani dan jenis operasi hidung.

Pasien yang sudah menjalani operasi hidung tidak memerlukan rawat inap. Untuk beberapa kasus hanya membutuhkan rawat jalan saja. Penggunaan anestesi untuk operasi hidung bisa berupa anestesi lokal dan bisa juga anestesi umum. Operasi hidung rata-rata durasinya dilakukan selama 2 jam.

Setelah operasi hidung, dalam upaya mempertahankan bentuk baru hidung, maka sebuah splint atau belat mungkin akan dipasangkan pada hidung. Untuk operasi pada bagian septum akan dipasang belat plastic lunak yang akan ditempatkan dalam lubang hidung.

Tujuannya untuk menstabilkan septum. Pasien yang sudah menjalani operasi hidung bisa beraktivitas kembali setelah satu minggu atau lebih. Dokter akan memberikan petunjuk apa saja yang harus diperhatikan selama proses pemulihan.

Setiap prosedur operasi memiliki risiko dan berpotensi menimbulkan efek samping tertentu, termasuk dengan operasi hidung.

Terdapat beberapa risiko operasi hidung yang mungkin dirasakan seperti nyeri pada hidung, bengkak atau memar di sekitar mata, wajah terasa bengkak, sakit kepala dan pendarahan kecil. Selain itu, bisa juga terjadi pembuluh darah kecil pecah hingga menimbulkan bintik-bintik merah di permukaan kulit.

Efek samping tersebut merupakan efek samping jangka pendek dari operasi hidung. Beberapa kasus menunjukkan efek samping pembengkakan hingga berbulan-bulan, terutama di bagian ujung hidung.

Anda perlu mengikuti petunjuk dokter, termasuk dalam penggunaan obat yang diberikan dalam membantu pemulihan untuk mencegah terjadinya risiko yang tidak diinginkan.