2 Rekomendasi Nose Reshaping di Semarang untuk Mengatasi Masalah Hidung (2023)

Operasi plastik hidung merupakan prosedur bedah untuk mengubah bentuk hidung. Tujuan orang melakukan prosedur bedah ini berbeda-beda. Ada yang bertujuan untuk alasan medis misalnya untuk membantu kelancaran pernapasan dan ada juga yang beralasan estetika seperti sekadar mengubah bentuk hidung.

Meski begitu, orang yang berencana melakukan operasi plastik hidung perlu berkonsultasi dengan dokter bedah terlebih dahulu untuk memastikan bisa atau tidaknya menjalankan prosedur bedah ini.

Prosedur operasi hidung bisa mengubah tulang, tulang lunak, kulit atau bahkan ketiga bagian tersebut dari hidung pasien. Jadi untuk melakukan operasi ini, perlu pertimbangan medis dari dokter. Ada beberapa hal seputar operasi hidung yang perlu Anda ketahui.

Kemudian, BP-Guide akan memberikan rekomendasi klinik estetika atau rumah sakit yang menyediakan nose reshaping di Semarang.

Perlu Anda ketahui, meski operasi hidung memiliki tujuan medis atau estetika ternyata tidak semua orang bisa melakukan prosedur ini, Ada beberapa kondisi yang menyebabkan seseorang tidak boleh dilakukan melakukan prosedur bedah ini.

Beberapa kondisi ini seperti menderita gangguan mental, menderita gangguan pembekuan darah misalnya hemofilia, memiliki kulit hidung yang sangat tebal sehingga setelah operasi dapat menyebabkan hidung bengkak permanen.

Selain itu, memakai kokain yang dihirup melalui hidung, telah menjalani operasi hidung dalam 9–12 bulan terakhir atau terlalu sering menjalani rhinoplasty dan memiliki risiko tinggi untuk mengalami komplikasi setelah operasi.

Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya bahwa tidak semua orang bisa melakukan operasi hidung. Oleh karena itu, jika Anda berencana melakukan prosedur bedah ini maka awali dengan berkonsultasi dulu dengan dokter bedah plastik.

Dalam sesi konsultasi ini dokter akan menjelaskan mengenai manfaat, risiko sampai penjelasan komplikasi yang mungkin terjadi setelah Anda menjalani operasi hidung.

Kemudian untuk mengetahui apakah Anda sebagai pasien cocok atau tidak menjalankan operasi hidung, maka dokter akan melakukan serangkaian pemeriksaan.

Pemeriksaan riwayat kesehatan biasanya dengan bertanya terkait riwayat penyakit, prosedur operasi yang pernah dijalani hingga obat yang pernah atau sedang digunakan.

Kemudian pemeriksaan fisik, karena akan menjalani operasi hidung maka hal yang diutamakan diperiksa adalah pada bagian struktur hidung, ketebalan kulit, kondisi di bagian dalam dan luar hidung dan kondisi tulang rawan di bagian pangkal atau puncak hidung.

Kemudian perlu dilakukan pengambilan foto hidung pasien dari berbagai sudut. Untuk menunjukkan perkiraan bentuk hidung setelah operasi maka dilanjutkan juga dengan penggunaan perangkat lunak komputer. Dokter juga dapat melakukan tes darah, jika memang diperlukan.

Jika Anda sebagai pasien dinilai cocok untuk menjalani operasi hidung, selanjutnya dokter akan memberikan formulir yang harus ditandatangani pasien. Hal ini untuk memastikan bahwa Anda sebagai pasien telah memahami seluruh prosedur dan risiko atau komplikasi yang mungkin terjadi setelah operasi hidung.

Selain itu, ada hal lain yang perlu Anda lakukan sebagai pasien sebelum operasi hidung yaitu 2 minggu sebelum dan sesudah operasi hidung hindari konsumsi obat pereda rasa nyeri yang mengandung ibuprofen atau aspirin.

Hal ini dikarenakan obat tersebut bisa memperlambat proses pembekuan darah dan meningkatkan risiko terjadinya perdarahan setelah operasi.

Kemudian Anda juga perlu menghentikan kebiasaan merokok dan meminta keluarga atau teman untuk menemani Anda selama operasi dan beberapa hari setelahnya dan juga mengantarkan pulang usai operasi.

Pada umumnya prosedur operasi hidung berdurasi selama 1–2 jam, namun juga bisa lebih lama. Terdapat beberapa tahapan dalam prosedur operasi hidung. Diawali dengan memberikan bius yang dilakukan oleh Dokter dengan menyuntikkan bius lokal ke hidung dan memberikan obat penenang melalui infus.

Dokter juga bisa memberikan bius total dalam bentuk obat hirup atau melalui suntikan. Jenis bius yang akan diberikan ini tergantung pada seberapa rumit operasi hidung yang akan dilakukan. Selanjutnya membuat sayatan di hidung. Pembuatan sayatan ini bisa dilakukan secara terbuka atau tertutup.

Pada operasi tertutup, sayatan dibuat pada bagian dalam hidung. Sementara untuk operasi terbuka, sayatan dibuat pada kolumela yaitu bagian luar hidung yang memisahkan lubang hidung.

Melalui sayatan ini, kulit yang menutupi tulang hidung dan tulang rawan akan diangkat secara perlahan agar memberikan akses pada dokter bedah untuk membentuk kembali struktur hidung pasien. Kemudian tahapan membentuk kembali struktur hidung.

Pada pasien yang ingin mengecilkan hidung, ini bisa dilakukan Dokter dengan mengangkat tulang dan tulang rawan di hidung. Sedangkan pada pasien yang ingin membesarkan hidung, dokter akan melakukan pencangkokan tulang rawan dari telinga atau tulang dada ke hidung pasien.

Jika posisi septum atau sekat yang membatasi kedua lubang hidung bengkok atau tidak tepat di tengah hidung, maka dokter akan meluruskannya untuk memperbaiki fungsi pernapasan.

Terakhir adalah menutup sayatan. Jadi, setelah dokter membentuk hidung pasien sesuai dengan yang diinginkan maka kulit dan jaringan hidung akan dikembalikan lagi ke posisinya. Lalu selanjutnya sayatan akan ditutup.

Setelah operasi hidung selesai, untuk melindungi dan mempertahankan struktur hidung baru selama proses pemulihan selanjutnya dokter akan menempatkan penyangga plastik atau logam di hidung pasien.

Selama beberapa jam setelah operasi, dokter juga akan memantau kondisi pasien di ruang pemulihan. Apabila kondisi pasien stabil, maka pasien dibolehkan pulang di hari itu juga.

Tetapi, jika operasi hidung yang dijalani cukup rumit, maka pasien mungkin harus menjalani perawatan di rumah sakit selama 1–2 hari. Selama beberapa hari pertama usai operasi, pasien bisa saja mengalami sedikit kebingungan, sulit berkonsentrasi hingga perlambatan respons.

Oleh karena itu, pasien sebaiknya ditemani anggota keluarga untuk membantu dan merawat pasien dalam masa pemulihan. Pasien juga mungkin akan merasa nyeri, sakit kepala, bengkak di hidung, sulit bernapas melalui hidung, mati rasa di dalam dan di sekitar hidung atau mimisan.

Dalam mengurangi keluhan tersebut, maka dokter akan memberikan penjelasan terkait beberapa hal yang bisa dilakukan pasien. Biasanya, jahitan akan dilepas 7 hari setelah operasi, sedangkan penyangga hidung biasanya baru dilepas setelah 1–2 minggu.

Seperti prosedur estetika lainnya, orang yang melakukan operasi hidung juga bisa menimbulkan komplikasi yang berbeda-beda pada setiap pasien.

Komplikasi tersebut antara lain efek samping obat bius, mati rasa di hidung, sulit bernapas, nyeri dan pembengkakan, infeksi pada bekas sayatan hingga pendarahan atau mimisan.

Selain itu, bisa juga mengalami bentuk hidung yang tidak simetris, terbentuknya jaringan parut atau bekas luka pada hidung dan terbentuknya robekan di septum (perforasi septum).